9 Destinasi Wisata Religi Bernuansa Islami di Kota Padang
Berwisata Kota Padang tidak melulu untuk menikmati keindahan alamnya yang mempesona atau mencicipi hidangan yang mengunggah selera, tapi bisa juga berwisata religi dengan nuansa islami yang dapat membuat kita lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta dan terkagum-kagum akan keunikan tiap tempatnya.
Setidaknya ada 9 tempat yang bisa dikunjungi bila ingin berwisata religi di Kota Padang berdasarkan dari keunikan arisitektur dan cerita sejarahnya. Berikut ulasannya:
1. Pertama ke Kota Padang? Singggah Dulu ke Masjid Raya Sumatera Barat, Unik dan Megah.
Masjid Raya Sumatera Barat merupakan salah satu masjid terunik di dunia yang memiliki bentuk modernisasi arsitektur Minangkabau. Masjid Raya Sumatera Barat ini juga dirancang mampu menahan goyangan gempa hingga 10 SR dan sebagai shelter lokasi evakuasi bila terjadi Tsunami. Peletakan batu pertama masjid ini dilakukan pada 21 Desember 2007 hingga saat ini masih dalam peroses perampungan meski sudah dapat digunakan untuk beribadah.
Bangunan utama Masjid Raya Sumatera Barat terdiri dari tiga lantai dengan luas area 40.343 meter persegi, berada ditempat paling stategis persis di jantung ibu kota provinsi. Tepatnya dipersimpangan antara jalan Khatib Sulaiman dan jalan Jalan KH. Ahmad Dahlan, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang.
Masjid ini selalu ramai dikunjungi oleh para wisatawan dari berbagai daerah dalam maupun luar negeri. Nah, saat pertama mengijakkan kaki ke Kota Padang dapat beribadah dan mengabadikan gambar di masjid kebanggaan masyarakat Minangkabau ini.
Baca: Masjid Raya Sumatera Barat dengan Segala Pemikatnya
Baca: Masjid Raya Sumatera Barat dengan Segala Pemikatnya
2. Ke Kota Tua Menengok Masjid Muhammadan Berbahan Putih Telur dan Gula.
Dari pusat kota merapat sejenak ke kawasan Kota Tua Padang menuju Masjid Muhammadan Kelurahan Pasa Gadang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatra Barat. Masjid ini termasuk masjid tertua di Indonesia yang unik dan telah ditetapkan sebagai bangun cagar budaya.
Dibangun oleh masyarakat keturunan India yang dikenal dengan kampung keling ini telah berdiri sejak 1843. Dulunya terbuat dari kapur, pasir, gula dan putuh telur sebagai perekatnya. Sejak awal abad ke-20 diganti dengan semen terutama pasca gempa 30 September 2009.
Masjid Muhammadan ini merupakan salah satu tempat bersejarah yang memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat muslim keturunan India di Kota Padang. Berbagai aktivitas keagamaan serta budaya dipusatkan di sini. Berbagai macam tradisi yang masih terjaga hingga saat ini digelar seperti upacara Serak Gulo, upacara Arak Cendana dan Kamis Tabligh. Menarik bukan?
Baca: Masjid Muhammadan dan Kampung Keling, Kehidupan Masyarakat Muslim Keturunan India di Kota Padang
Baca: Masjid Muhammadan dan Kampung Keling, Kehidupan Masyarakat Muslim Keturunan India di Kota Padang
3. Terkagum-Kagum Saat beribadah di Masjid Raya Gantiang, Tertua di Kota Padang.
Masih di Kawasan Kota Tua Padang, keberadaan Masjid Raya Gantiang ini didaulat sebagai masjid tertua di Kota Padang yang mulai dibangun pada 1805 dengan gaya arsitektur neoklasik yang proses pengerjaannya melibatkan beragam bangsa seperti Eropa, Timur Tengah, Tiongkok, dan Minangkabau, sehingga terlihat berbagai perpaduan arsitekturnya.
Masjid ini menjadi saksi bisu perkembangan agama Islam serta tumbuhnya berkembangnya Kota Padang tempo dulu. Saat ini masih digunakan sebagai tempat ibadah dan menjadi salah satu cagar budaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kota Padang yang beralamat di Jalan Ganting No.10, Kelurahan Ganting, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Sumatra Barat.
Masjid ini masih mempertahankan bentuk aslinya, lantainya dengan ubin tegel kuno, terdapat 25 tiang penyangga yang melambangkan 25 nabi dan tentunya saat berkunjung ke masjid ini akan membuat kita terkagum-kagum. Siapa menyangka masjid ini menjadi lokasi pengembangan Islam di Pulau Sumatra dan berperan dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan di Kota Padang. Keren kan?
Masih di Kawasan Kota Tua Padang, keberadaan Masjid Raya Gantiang ini didaulat sebagai masjid tertua di Kota Padang yang mulai dibangun pada 1805 dengan gaya arsitektur neoklasik yang proses pengerjaannya melibatkan beragam bangsa seperti Eropa, Timur Tengah, Tiongkok, dan Minangkabau, sehingga terlihat berbagai perpaduan arsitekturnya.
Masjid ini menjadi saksi bisu perkembangan agama Islam serta tumbuhnya berkembangnya Kota Padang tempo dulu. Saat ini masih digunakan sebagai tempat ibadah dan menjadi salah satu cagar budaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kota Padang yang beralamat di Jalan Ganting No.10, Kelurahan Ganting, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Sumatra Barat.
Masjid ini masih mempertahankan bentuk aslinya, lantainya dengan ubin tegel kuno, terdapat 25 tiang penyangga yang melambangkan 25 nabi dan tentunya saat berkunjung ke masjid ini akan membuat kita terkagum-kagum. Siapa menyangka masjid ini menjadi lokasi pengembangan Islam di Pulau Sumatra dan berperan dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan di Kota Padang. Keren kan?
4. Melihat Masjid Raya Nanggalo yang Pernah Digunakan sebagai Benteng Pertahanan.
Kembali lagi kepusat kota untuk mengunjungi Masjid Raya Nanggalo atau juga dikenal sebagai Masjid Raya Surau Gadang. Terletak di pinggir aliran Batang Kuranji di Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang, Sumatra Barat.
Masjid ini mulai dibangun pada tahun 1911 dengan arsitektur bercorak Minangkabau dan Arab. Namun bangunan yang berdiri saat ini merupakan hasil renovasi besar-besaran yang dilakukan pada tahun 1989 dengan mengikuti arsitektur modern sekarang.
Wah, masjid ini selain digunakan untuk aktivitas ibadah, dulunya digunakan sebagai benteng pertahanan masyarakat setempat kala penjajahan kolonial Hindia Belanda menyerang kawasan ini. Nah, cerita ini banyak yang tidak tahu.
5. Masjid Raya Ikur Koto, Masjid Batu Bersejarah
Berjalan ke arah utara, tepatnya Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat, kita akan menjumpai satu masjid bersejarah yang bernama Masjid Raya Ikur Koto dan dikenal dengan surau batu, karena bangunannya didominasi oleh bebatuan kali pada pondasi dan dindingnya.
Masjid ini diperkirakan sudah ada sejak awal abad ke-20 sekitar tahun 1900-an. Masjid ini memiliki peranan tersendiri kala penjajahan kolonial. Selain tempat ibadah dan aktivitas keagamaan lainnya, masjid ini dulu digunakan untuk tempat persembunyian para pejuang.
Dulu pada bagian muka masjid ini ada banguan yang menyerupai menara dan kabarnya juga ada kolamnya. Namun, kini tidak ada lagi. Arsitektur bangunannya ada unsur kolonialnya terlihat dari dinding yang tebal dengan jenis atap tumpang bertingkat 3. Di bagian puncaknya berbentuk segi delapan dan terdapat ornamen-oranamen khas Minangkabau. Bangunan berbentuk persegi dan berada lebih tinggi dari jalanan.
Masjid ini salah satu masjid tua di Kota Padang yang masih bertahan hingga saat ini. Meski tidak masuk list daftar cagar budaya, tapi masjid ini bisa dikatagorikan bangunan cagar budaya melihat fungsi dan nilai sejarahnya.
Kawasan Masjid Nur Zikrullah dikenal dengan Miniatur Mekah yang dapat menjadi pilihan untuk berwisata religi yang dapat dikunjungi bila ke Kota Padang. Lokasinya berada ke arah timur kota di kawasan Agrowisata Lubuk Minturun, Kelurahaan Sungai Laren Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatra Barat.
Masjid ini ini milik pribadi dari haji nuril zakir dan keluarga yang mulai dibangun pada 13 Desember 2000 serta mulai sejak 8 September 2001. Di pintu gerbang masuk ke tempat ini ada tugu Alquran raksasa seperti yang ada di Kota Mekah cuma ukurannya lebih kecil.
Masuk ke dalam bangunan berbelok ke samping kiri ada Masjid Nurzikrillah dengan miniatur Ka’bah di dalamnya. Di lokasi terdapat sebuah jembatan kecil yang di atasnya terdapat tugu ini melambangkan tempat umat Islam melempar jumroh.
Di bawah jembatan merupakan kolam berisi ikan Raksasa yang berasal dari sungai Amazone setelah itu akan bertemu dengan miniatur terowongan Mina. Tidak salah masjdi ini disebut Miniatur Mekah yang digunakan untuk manasik haji. Untuk bisa menikmati suasana Miniatur Mekah ini, pengunujung dapat biaya masuk Rp. 5 ribu.
Masjid Jabal Rahmah berada di jalur By Pass Kota Padang ini mudah dijumpainya. Berada di kawasan Kampus Universitas Baiturahmah Kelurahan Aie Pacah, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat.
Masjid ini memiliki arsitektur yang unik dikenal dengan masjdi bercahaya hijau karena ketika malam tiba lampu sorot berwarna hijau menyinari dinding masjid sehingga tampak semakin indah. Masjid ini menjadi spot favorit untuk hunting foto yang mulai digunakan untuk tempat beribadah pada Ramadan 1438 H.
Dari jalan By Pass bisa dilanutkan ke arah timur menuju kampus Univesitas Andalas. Disana terdapat satu banguan tempat ibadah yang bernama Musalla Jabal Rahmah dikenal dengan Surau Batu yang berada di areal perkebunan Fakultas Pertanian.
Arsitektur musalla ini terbilang unik karena dibanguan dari tumpukan batu besar yang disusun sedemikan rupa menyerupai gua sekilas menyerupai bentuk tempat ibadah zaman para nabi dulu. Musalla ini kria-kira tingginya 2 m dengan satu pintu masuk. Berbentuk persegi dengan memiliki satu kubah berwarna hijau dan dengan pelatarannya yang berkeramik yang diperkirakan bisa menampung hingga 20 jemaah.
Untuk bisa menuju musalla ini tidak mudah, akses jalannya harus melewati jalan berbatuan. Namun, karena keunikannya tempat ini menyita perhatian para pengguna sosial media sehingga pernah hits di tahun 2016 lalu.
9. Masjid Raya Teluk Bayur Masjid Bersejarah di Pelabuhan Teluk Bayur.
sumber:Buku Masjid-Nasjid Bersejarah di Indonesia karya Abdul Baqir Zein |
Dari daerah ketinggian kemudian beralih turun ke arah selatan Kota Padang menuju pelabuhan Teluk Bayur. Di sini terdapat masjid bersejarah yang bernama Masjid Raya Teluk Bayur atau dikenal dengan Masjid Teluk Air Mata dan Suaru Ateh berada di Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatra Barat.
Awalnya, masjdi ini dibangun tahun 1600 seorang saudagar asal arab bernama Abdullah, tapi pada saat pemerintahan kolonial hindia belanda berkuasa dilakukannya perluasan pelabuahan Teluk Bayur sehingga lokasi masjid akhirnya dipindahkan ke kaki Buki Air Manis sampai sekarang sejak tahun 1888.
Masjid ini dulunyadibangun sangat sederhana dengan dinding dari kayu dan atap daun pua. Pada tahun 1911 untuk pertama kalinya dilakukan pemugaraan pada dinding dengan batu karang menggunakan semen dari Indarung.
Dulu sekitar masjid ini pernah menjadi lokasi pertempuran santri pengikut Abdullah dengan kolonial pada 1496. Kemudian menjadi tempat melepas dan menyambut para calon haji yang berangkat melalui pelabuahan Teluk Bayur sejak Pemerintahan Orde Baru. Kini masjid bersejarah ini masih digunakan untuk aktivitas ibadah dan keagamaan lainnya.
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.