Mengunjungi Rumah Kelahiran Bagindo Aziz Chan, Kosong dan Sepi Tak Bertuan


Rumah Kelahiran Bagindo Aziz Chan akan diproyeksikan menjadi sebuah museum di Kota Padang. Bukan sekedar kabar saja, sudah banyak pemberitaan yang menyebutkan itu.

Bila dilihat kota bengkuang ini memang belum memiliki museum atau ruang pamer sejenisnya yang menyangkut penginggalan sejarah. Bisa jadi rumah ini menjadi museum pertama yang dimiliki Kota Padang.

Tempo hari, saya mengunjungi rumah bersejarah ini. Bersama Komunitas Padang Heritage melakukan kegiatan yang bernama Padang Heritage Explore 4. Saat itu ada Abang Rilci, Haris, Uti, Reza dan temannya dari Makassar. 

Tidak sulit untuk menjumpai Rumah Kelahiran Bagindo Aziz Chan ini, sebabnya berada di pusat kota dan masih di kawasan inti Kota Tua Padang. Tepatnya beralamat Jalan Alang Laweh Koto No 7 RT 19 RW 5 Kelurahan Alang Laweh, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatra Barat.

Terdapat dua pintu masuk untuk sampai ke rumah ini, pertama melalui Jalan Thamrin nantinya terlihat gapura tinggi yang bertuliskan rumah ini sekitar 300 m dari jalan raya.

Jalur pertama ini sebagai akses utama, karena jalanya cukup lebar dan bus ukuran sedang bisa masuk. Kedua dari Jalan Kampung Nias V sekitar 100 m dari jalan raya. Lebih dekat dan hanya untuk motor dan mobil saja.


Ini tempatnya? Tanyaku kepada Haris, usai meletakan motor kami di pelataran rumahnya yang tidak jauh dari Rumah Kelahiran Bagindo Aziz Chan ini 

Saya pun termenung sejenak ketika sampai di lokasi. Ternyata rumahnya berada di kawasan padat penduduk. Sekilas tidak ada yang istimewa dari tempat ini.

Namun, sebagai pembedanya karena ada tulisan “Rumah Tempat Kelahiran Bagindo Aziz Chan Walikota ke II yang Gugur Ditembak Belanda pada Tanggal 19 Juli 1947”. Terlihat jelas saat berada di depan rumah ini.


Tampak rumahnya mengkilap, karena cat kayu yang berwarna putih dan biru mendominasi rumah ini ditambah dengan matahari pagi yang menyinarinya. Bagian depan tulisan tadi dikeliling oleh pagar besi yang runcing di atasnya. 

Halaman rumah ini tidak begitu luas. Terdapat beberapa pohon pelindung yang mengiasi. Untuk masuk ke dalam rumah harus meminta izin terlebih dahulu kepada petugas yang menjaga rumah ini, tidak lain masyarakat setempat. 

Sudut-Sudut Rumah Kelahiran Bagindo Aziz Chan 



Sebelumnya Haris sudah meminta izin, jadi saat kami datang sudah bisa masuk dan melihat tiap sudut rumah ini. Pintu masuknya sebelah kiri yang terdapat pagar besinya. Satu per satu dari kami naik hingga sampai di bagian pertama rumah yakni beranda atau teras depan. Terlihat ada satu bilik di depan rumah dan dalam keadaan terkunci. 

Saat masuk rumah, kami pun terkenjut dan mengeluarkan kata yang sama yaitu kosong. Memang sama sekali tidak ada isinya. Saya sedikit kecewa. Tidak ada informasi yang didapat dari rumah ini. Di dalam ada tiga bagian rumah. Pertama dua bilik terbuka sebelah kiri dan kanan dekat pintu masuk, kemungkinan dulu salah satunya digunakan sebagai kamar dan ruang tamu.


Selanjutnya bagian kedua di dalam rumah ada ruangan yang cukup luas, kemungkinan juga ini ruang keluarga. Tetap konsisinya kosong melopong. Bagian ketiga berupa bilik yang cukup luas dan tersedia kamar mandi di dalamnya. 

Dari dalam rumah menuju ke luar, terdapat beranda belakang dan satu kamar juga yang kondisinya dalam keadaan terkunci. Di bawahnya ada satu kamar dengan keramik, ada sumur tua dan dapurnya. Kata Haris itu sisa peninggalan dari rumah ini yang masih utuh. Termasuk lapangan batminton yang sebenarnya masih bagian dari rumah ini.


Arsitektur Rumah Kelahiran Bagindo Aziz Chan



Saya tidak tahu fungsi tiap ruang dari rumah ini, hanya bisa mengira-ngira. Rumah Kelahiran Bagindo Aziz Chan ini merupakan bentuk arsitektur rumah gadang khas kawasan pesisir.

Seutuhnya terbuat dari kayu. Antara Rumah Kajang Padati dan Rumah Tumpak Nasi yang jelas bentuk rumah panggung. Luas area rumahnya sektiar 10 x 20 m.


Pada bagian depan dan belakang terasnya terdapat pagari kayu yang diukuri. Kemudian bagian depan atas rumah dan semua pintu angin jendelanya terdapat ukiran. Rumah ini telah direnovasi oleh Pemerintah Kota Padang beberapa waktu yang lalu sehingga masih terlihat baru. Seluruh lantainya terbuat dari papan kayu. 


Mengenang Bagindo Aziz Chan dari Rumahnya


Sepertinya sosok Bagindo Aziz Chan bagi kalangan generasi Milenials tidak begitu familiar dengan baik, tidak seperti Imam Bonjol, Buya Hamka atau Bung Hatta. Namun, sebagai masyarakat yang tinggal di Kota Padang seyoyangnya harus tahu akan sosok ini. Termasuk di bangku sekolah, setidaknya ada pengenalan tokoh-tokoh pejuang yang berpengaruh bagi perkembangan dan pembangunan Kota Padang, termasuk di antarnya Bagindo Aziz Chan.

Bagindo Aziz Chan 30 September 1910 di Padang dari pasangan Bagindo Montok dan Jamilah. Ia merupakan Wali Kota Padang kedua setelah kemerdekaan Republik Indonesia yang dilantik pada tanggal 15 Agustus 1946.

Sosok Bagindo Aziz Chan ini mendapat perhatian dari pihak Belanda tempo itu, karena kegigihan, keteguhan hati dan semangat juang yang tinggi untuk melawan kolonial membuat pemerintah belanda tidak menyukainya. Bahkan Bagindo Aziz Chan tewas ditembak oleh Belanda akibat kelicikannya membuat isu di sekitar Jalan Jhoni Anwar Padang pada 19 Juli 1947.

Untuk mengenang Bagindo Aziz Chan, berdiri tugu berbentuk kepalan tangan atau yang lebih dikenal dengan Tugu Simpang Tinju di Kota Padang. Patung kepalanya di depan Kantor Dinas Pendidikan Kota Padang.

Kemudian ada Museum Rumah Kelahairan Bagindo Aziz Chan di Kawasan Alang Laweh Kota Padang, Ada patung bentuk rupa nya secara utuh di Museum Adityawarman Padang dan jasadnya dimakamkan di dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Bahagia, Kota Bukittinggi.

Selain itu juga, nama Bagindo Aziz Chan diabadikan menjadi nama jalan. Atas jasa-jasanya kepada negara, pada 7 November 2005 lalu, Bagindo Aziz Chan diberi gelar Pahlawan Nasional.

Rumah Kelahiran Menjadi Museum Bagindo Aziz Chan



Rumah Kelahiran Bagindo Aziz Chan ini memang belum sepenuhnya dijadikan sebagai museum, baru akan menjadi. Upaya pemerintah setempat dalam mengangkat kembali nilai-nilai perjuangan dari pahlawan nasional asal Padang ini patut diapersiasi. 

Terlihat dari telah direnovasinya rumah ini yang kini dalam pengawasan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Padang. Untuk menjadikannya sebagai museum, memang perlu data dan riset yang mendalam. Mulai dari mencari foto-foto lama, merekonstruksi cerita hingga mereplikakan kembali barang-barang peninggalan Bagindo Aziz Chan. 

Sayangnya, rumah ini belom masuk daftar cagar budaya dan ditetapkan secara sah sebagai cagar budaya. Setidaknya dengan lahirnya kembali Rumah Bagindo Aziz Chan ini dapat menjadi sarana wisata dan edukasi sejarah baru bagi generasi muda dalam mengelorakan semangat bela negara dan patriotisme dari sosok Bagindo Aziz Chan.

Hari kian siang, matahari sudah meninggi. Perjalanan Padang Heritage Explore ini belum usai, kami  pun akan melanjutkan ke tempat berikutnya.

"Tapi, kapan ya rumah ini jadi museum? Semoga tidak jadi wacana," guyamku saat menutup pagar rumah ini.
——————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel