Nikmati Musim Asap dan Kenali Kedatangannya


Negeri yang tertutup asap. Bisa dibilang seperti itu. Ada anekdot yang berkembang, jika Indonesia terdiri dari dua musim saja, tapi tidak bagi pulau Sumatra dan Kalimantan. Di daerah ini tambah satu musim lagi jadi ada tiga yaitu musim penghujan, musim kemarau dan musim asap.

Musim asap begitulah kiranya. Masyarakat yang acap kali terkena dampaknya ini tidak bisa berbuat banyak. Pasrah dan menunggu keajaiban. Jika ditanya penyebabnya, ya karena kebakaran hutan dan lahan. Jika ditanya lagi kok bisa? Ya bisa atuh, lihat saja di postingan warganet di media sosial dan pemberitaan sudah banyak berseliweran. Aku tidak akan bahas soal itu.

musim asap
Perbukitan yang terlihat di Pasar Raya Padang tampak blur (Agustus 2019)
Sudah beberapa bulan ini pandanganku rasa kabur, seolah sedang sakit atau pening. Nyatanya tidak ini asap yang mulai datang dan bertebaran ke daerah kami. Ia di Padang pun terpapar asap yang merupakan polutan berbahaya jika dikonsumsi hidung tiap hari. Asap ya jangan dibilang kabut asap.

Sebagai anak kimia, aku mau memberi informasi, kabut asap itu dua hal yang berbeda. Kabut (fog) merupakan bentuk koloid aerosol cari dari fasa terdispersinya cair. Sedangkan asap (smoke) adalah bentuk aerosol padat dari fasa terdispersinya Padat. Jadi yang terjadi saat ini karena asap.

musim asap
Suasana Kota Tua Padang yang biasanya terlihat bukit barisan. (September 2019)
Mau tau penanda datangnya musim asap? Ini ciri sederhananya. Coba tengok perbuktian. Loh kok bukit pula? Begini, Padang itu memiliki kawasan perbukitan yang posisinya terletak di sebelah timur. Ini merupakan bagian dari bentangan bukit barisan.

Jika perbukitan tersebut tidak terlihat atau blur, sudah dipastikan asap tiba ke Padang. Memang kejadian ini jarang terjadi, tapi sekali terjadi langsung gawat asapnya seperti tahun 2015 lalu. Melihat bukit dapat menjadi indikator sederhana yang aku terapkan.

Kemudian indikator berikutnya bila malam tiba, lihat deh lampu penerangan jalan. Jika musim asap akan terjadi pembiasan seolah berada di daerah yang berhawa sejuk. Padang bukan berada di daerah ini loh. Atau bisa juga tandanya asap kendaraan bermotor.

musim asap
Matahari yang terlihat bulat sempurna dengan warna merah kejinggaan di Aie Pacah Kota Padang (September 2019)
Nah, saat siang hari pun bisa dilihat. Terlebih jelang senja. Matahari akan berbentuk bulat sempurna dan berwarna merah kejianggaan. Biasanya kondisi ini sudah menunjukan kualitas udara sudah tidak sehat. Dalam kondisi normal bentuk matahari tidak bisa dilihat begitu saja harus menggunakan alat pelindung mata. Jika tidak bisa buta. Jangan coba-coba deh.

Bagi yang sensitif dengan kualitas udara. Pasti akan merasakan dampaknya dengan cepat. Lagi pula bila kualitas udara menurun dari biasanya akan sesak juga. Jika semakin buruk, mata akan perih,  kulit iritasi, napas mulai semakin sesak bisa terjangkit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), hipoksia hingga dapat berujung pada kematian.

musim asap
Papan informasi indeks pencemaran udara di Padang yang berada di Kantor Gubernur Sumbar (September 2019)
Aku sendiri sering lihat aplikasi pemantau kualitas udara via ponsel yaitu AirVisual. Aplikasi ini aku gunakan tempo hari saat pergi ke Jakarta per tengahan tahun 2019 lalu. Sangat membantu sekali seperti aplikasi BMKG, untuk memonitor kualitas udara di kota kita dinyatakan dengan nilai Air Quality Index (AQI). Namun, akan terbaca di kota-kota besar dan daerah yang sudah ada sensor pemantau kualitas udaranya. Bisa di cek disitusnya.

Gawatnya lagi ketika musim asap tiba suhu udara makin panas,  mau tidak mau harus dinikmati. Ia di nikmati. Memperbanyak minum air putih, makan sayuran dan buah-buahan agar tetap fit. Terpenting saat beraktivitas di luar ruangan harus rajin mengunakan masker. Sebenarnya ada banyak jenisnya, seperti masker kesehatan, N95, respirator dan lainnya. 

Biasanya dalam kondisi parah digunakan masker jenis N95 jangan masker kesehatan yang warna hijau apalagi yang beragam motif dan warnanya. Jadi, bila tidak musim asap pun baiknya menggunakan masker. Setidaknya masker kesehatan jika kita berkendara roda dua. Kadang suka mengabaikannya, padahal polusi dari asap kendaraan itu berbahaya juga.

Upaya prefentif lainnya dengan tetap menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi membakar sampah, baik organik dan anorganik. Ini menjadi sumber polutan juga.

Tidak ada salahnya bila di rumah memperbanyak tanaman hias yang dapat menyerap partikel debu, asap rokok dan racun lainnya. Tanpa disadari tanaman ini mudah dijumpai dan ada di sekitar kita. Seperti lidah mertua, lidah buaya, dracaena/pohon naga, dolar zamia, sri rejeki, tapak angsa, paku sarang burung, bunga lili, sirih belanda, palem kuning, pakis boston, kembang sepatu dan lainnya.

musim asap
Gunung Padang dan suasana Pantai Padang yang berselimut asap (September 2019)
Sebagai daerah tujuan wisata, Padang dan Minangkabau umumnya ikut merasakan dampaknya. Perlu penanganan dan pencegaahan yang serius dari pemangku kebijakan. Pasalnya keindahaan alam yang disuguhkan akan terganggu. Seolah membayang. Masih enak jika berkabut seperti yang terjadi di Puncak Lawang, seger dan adem. Kalau ini serem ah bisa sesak napas dibuatnya.

Seperti kata pepatah, mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Mari kampanyekan tagar #MelawanAsap dengan gerakan Yuk Pake Masker. Mengingatkan itu penting.
———————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel