Bukit Nobita City Light of Padang, Aduhi Indahnya!
Bukit Nobita dapat menjadi alternatif untuk menikmati suasana perkotaaan dari ketinggian. Secara tempat ini dulunya pernah viral di media sosial dan pernah disesaki oleh para pengunjung yang penasaran.
Setelah sekian lama tak mengunjunginya akhirnya saya kembali lagi ke Bukit Nobita. Rencana memang hanya akan menjadi wacana yang ujungnya malah tidak jadi. Kali ini memang serba dadakan saja.
Asiknya saat sore hari pergi ke Bukit Nobita, bisa sekalian lihat matahari terbenam dan kelap kelip lampu kota. Suasana ini yang menjadi daya pikatnya. Terbaik sekali dan tidak ada duanya di Kota Padang. No debat! wkwkwkwk
Namanya juga mencari view dari ketinggian tentunya akan mendaki, kecuali lihat view kota dari puncak hotel. Untuk sampai ke titik mula pendakian dapat ditempuh melalui dua jalur.
Pertama jalan Kampung Jua dengan tanda masuknya arah ke SDN 27 Kampung Jua. Ikut saja jalannya hingga nanti jumpa banyak motor yang terparkir. Kedua via jalan Arai Pinang dengan tanda masuknya plang bidan kemudian ikuti juga jalannya hingga sampai ke poskonya. Tidak sulit dan kalau binggung bisa menggunakan Google Maps saja.
Sesampainya di lokasi awal, saya pun meletakan kendaraan. Sebaiknya ke Bukit Nobita ini menggunkan motor biar mudah mengaksesnya. Sejuah ini tidak ada tiket masuk untuk ke Bukit Nobita cuma bayar parkir Rp3000,- per motor.
Perjalanan kali ini seolah bernostagia kembali setelah 5 tahun tidak menginjakan kaki ke Bukit Nobita ini. Kondisi saat ini jauh lebih baik dan ada beberapa perubahan dari jalur trackingnya. Sudah jelas dan lebih lebar tapi masih jalan setapak tentunya. Jika dilihat dari pusat kota, jalur menuju puncak Bukit Nobita ini terlihat jelas.
Saya pun melihat ada spanduk terpasang yang menujukan nama kawasan plus ada dua tiang yang menjadi gerbang masuknya. Saatnya mendaki langsung terlihat satu pondok dan tempat parkir, mungkin ini posko pemantauan pengunjung oleh pengelolanya.
Saya ambil napas dulu sebelum mulai melangkah. Maklum tidak ada persiapan. Bersabar itulah hal yang harus dilakukan saat ke Bukit Nobita. Melangkah pun akan semakin lambat dengan napas yang sesak serta akan bermandikan keringan itu menjadi kondisi yang akan dirasakan ketika mendaki Bukit Nobita.
Selama tracking sesekali akan berjumpa dengan pengunjung yang naik dan turun serta masyarakat yang pulang dari ladangnya. Sebelum melewati ladang masyarakat nanti akan berjumpa anak kecil yang berjualan air mineral dan tissue di atas batu. Lumayan juga mana tahu sudah lelah duluan jadi bisa beli air minum.
Bukit Nobita Terbaru
Nah, jika letih dan tenggorokan kering bisa istirahat sejenak. Setidaknya dua kedai kecil dan satu cafe yang hadir di Bukit Nobita itu. Menariknya tahun 2020 lalu cafe ini jadi perbincangan juga karena lokasinya ada kolam pemandian Bukit Nobita dan bentuknya menyerupai kapal yang memandang kota. Nama tempatnya Kapal Sultan.
Tujuan saya tidaklah ke cafe atau pemandian tersebut melainkan ke spot view kota. Kalo ditanya bagaimana rasanya? Ya, capek sekali. Namun, setelah sampai rasa letih tersebut akan berguguran, terlebih ketika melihat susasana kota yang berpadu dengan pemandangan alam yang mengelilinginya.
Bukit Nobita, Asal Muasalnya dan Beragam Nama
Sebenarnya saya mulanya menulis secara detail pengalaman saat bertandang ke Bukit Nobita ini. Waktu itu pada akhir tahun 2014, sebelum viral pada tahun berikutnya. Bahkan tulisan blog saya menjadi referensi oleh netizen dan media yang ingin review-nya. Kadang beberapa foto saya pun dipublikasi ulang di media. Walaupun begitu banyak yang tidak menyebutkan sumbernya huhuhuu
Bukit Nobita ini masuk kawasan Kelurahan Kampung Jua Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang, Sumatra Barat. Tidak jauh-jauh amat dari pusat kota sekitar 20 menit, tergantung kendarannya. Bisa melipir sejenak dari hiruk pikuk kota.
Mulanya Bukit Nobita ini hanya untuk tempat berladang masyarakat sekitar dan menjadi lokasi kemping para pencinta alam. Namun, ketika tempat ini dibagikan ke media sosial dan jadi booming. Akhirnya ramai dan jadi buah bibir deh.
Nama bukit ini sebenarnya bervariasi dengan versi dan ceritanya tersendiri. Ada yang menyebut dengan Bukit Kampung Jua, Bukit Batu Kasek, Bukit Tigo Sajarangan, Bukit Batu Jarang hingga yang terkenal dengan nama Bukit Nobita.
Bukit Nobita City Light of Padang
Bukit Nobita merupakan salah satu spot terbaik untuk menikmati keindahan Kota Padang dari ketinggian 900 mdpl. Terutama saat pergantian hari, saat petang hingga gelap tiba. Betapa tidak, hampir 180° view kota tampak jelas. Sungguh mempesona dan romantisnya.
Saya menyebutnya Bukit Nobita ini sebagai city light of Padang. Pernah hits pada zamannya, meski keberadaannya pernah redup akan tetapi pesonanya tak pernah padam. Siapa saja yang telah mengunjungi Bukit Nobita akan terhipnotis dan terpesona dibuatnya.
Setidaknya ada tiga spot menarik yang wajib disinggahi saat sampai di Bukit Nobita. Pertama pohon love lokasinya pertama yang bisa kunjungi. Mengabadikan di tempat ini seru juga. Lokasinya bersebelahan dengan cafe kapal.
Dilanjutkan perjalanan agak naik sedikit akan sampai di kawasan yang banyak rumput ilalang plus 3 batu besar yang jaraknya tidak begitu jauh. Titik ini yang paling sempurna untuk melihat panorama kota. Dari kejauhan terlihat bangun dan tempat yang ikonik di Padang seperti pusat perbelanjaan, hotel, masjid, Gunung Pangilun hingga Pabrik Semen Padang.
Istirahat dulu sebentar sambil menikmati pemandangannya. Sebenernya apa yang disajikan ini sulit untuk diungkapkan. Bagus pokoknya. Bukit Nobita itu tempat menyepi dan cuci mata yang paling asik. Saya pun duduk di atas batu pertama view-nya lepas sekali dan asik deh melihat suasana kota dari tempat ini. Spot view rekomendasi.
Setelah itu pindah ke batu kedua yang lumayan tinggi harus naik terlebih dahulu, menurut saya pemandangan dari atas batu ini tidak begitu asik. Terkadang di atas batu ini banyak pengunjungnya untuk bersantai sembari bermain gitar, areanya cukup luas.
Terakhir batu ketiga ini tempat yang sangat fotogenik karena terdapat dua pohon yang menjadi frame di antara batunya. Saya suka sekali dengan tempat ini. Bisa berpose dengan gaya andalan atau sedikit alai dengan latar pemandangan kota yang penuh cahaya.
Suara kereta api pembawa semen pun terdengar jelas. Alunan ayat suci sayup-sayup keluar dari pengeras suara di masjid-masjid. Petanda itu lembayung senja akan tiba. Sementara itu dari celah Bukit Gado-Gado sang mentari yang gagah akan pulang keperaduannya.
Cahaya kota itu mulai hadir. Berwarna di tengah langit yang kian menghitam berpadu dengan garis senja yang menghiasi angkasa Kota Padang. Kumandang azan Magrib mengema seraya malam pun telah dijemputnya. Momen ini menciptakan langit dan cahaya kota yang sedang cantik-cantiknya. Penuh warna jika diabadikan.
Bukit Nobita bisa dinikmati jika cuaca cukup cerah, dan tidak begitu berawan. Jangan coba-coba mengunjunginya saat mendung, nanti jika tiba-tiba hujan jalurnya akan licin.
Karena sudah semakin gelap, sudah saatnya turun. Soalnya tidak bawa penerangan hanya mengandalkan lampu senter dari handphone. Sayangnya baterai handphone saya pun sudah sekarat, untuk itu harus bergegas turun. Ditambah kian malam akan banyak nyamuk juga.
Sebabnya itu, jika penasaran jangan ditunggu-tunggu dulu. Silahkan kunjungi dan coba sensasi lain melihat cahaya Kota Padang dari ketinggian.
———————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.