Gedung Sarinah : Menelisik Sejarah Pusat Perbelanjaan Pertama di Tanah Air
Gedung Sarinah pada tahun 1980.(KOMPAS/DUDY SUDIBYO) |
Gedung Sarinah yang terletak di jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada masanya adalah sebuah ikon yang menjadi kebangaan warga Jakarta. Namun tahukah Anda, kalau Sarinah memiliki sejarah yang unik.
Letaknya yang berada di jantung Jakarta, menjadikan Gedung Sarinah jadi saksi bisu berbagi peristiwa penting di ibu kota.
Nama Sarinah kembali mencuat ke permukaan. Ini terutama setelah Menteri BUMN Erick Thohir berencana mengubah dan mentransformasi Sarinah menjadi pusat kekayaan produk buatan dalam negeri dan episentrum pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga : 5 Hotel Wedding Terbaik di Bali untuk |
---|
Presiden Joko Widodo menginginkan agar Sarinah kembali ke khittah pertamanya sebagai jendela dan wahana bagi dunia usaha nasional."Pembaharuan perlu dilakukan untuk dapat tetap bersaing, namun dengan tidak meninggalkan nilai sejarah Sarinah," kata Menteri BUMN Erick Thohir, Sabtu (9/5).
Menelisik Sejarah Penamaan Sarinah
Sarinah merupakan kawasan pusat perbelanjaan yang populer di Jakarta, dan menjadi pusat perbelanjaan serta gedung pencakar langit pertama di Indonesia. Sarinah berada di bawah pengelolaan PT Sarinah, perusahaan pelat merah milik negara.
Sebagai pusat berlenajaan modern, pemakaian nama Sarinah memang cukup unik. Tak banyak yang tahu, bahwa sejarah nama Sarinah dipilih langsung oleh Presiden Soekarno.
Sosok Sarinah pernah benar-benar hidup di masa lampau, ia merupakan pengasuh Presiden Soekarno di masa kecil yang mengajarkan cinta serta kasih sayang.
Bahkan Sang Proklamator juga menulis buku yang berjudul “Sarinah: Kewadjiban Wanita dalam Perdjoeangan Republik Indonesia“. Di bagian awal buku tertulis ungkapan terimakasih dan pujian kepadanya.
“Saya namakan kitab ini Sarinah sebagai tanda terimakasih saya kepada pengasuh saya ketika masih kanak-kanak. Dari dia saya banyak mendapat pelajaran mencintai orang kecil. Dia sendiri pun orang kecil. Tapi budinya selalu besar! Moga-moga Tuhan membalas kebaikan Sarinah itu!”
Sejarah Gedung Sarinah
Gedung tua ini juga menyimpan sejarah panjang sejak republik ini baru seumur jagung. Kelahiran Sarinah tak bisa dilepaskan dari Soekarno.
Presiden pertama Indonesia ini ingin membangun pusat perbelanjaan pertama di Tanah Air yang diperuntukkan sebagai etalase barang produksi dalam negeri, khususnya yang berasal dari UMKM.
Mal tertua di Indonesia dibangun sebagai salah satu proyek mercusuar Bung Karno saat itu selain pembangunan Monas, GBK, Hotel Indonesia, dan bangunan-bangunan megah lain selama rezim Orde Lama.
Gedung tersebut selesai dibangun dan diresmikan pada 15 Agustus 1966.Biaya pembangunannya berasal dari dana pampasan perang atau kompensasi dari pemerintah Jepang sebagai konsekuensi atas penjajahannya di Indonesia setelah kalah dalam Perang Dunia II melawan sekutu.
Gedung Sarinah memiliki tinggi 74 meter yang terdiri dari 15 lantai, menjadikannya sebagai bangunan pencakar langit pertama di Indonesia.
Sebagai pusat perbelanjaan modern pertama, membuat Sarinah saat itu langsung jadi ikon berbelanja di Jakarta.
Gedung Sarinah dikelola oleh PT Department Store Indonesia. Belakangan, namanya berganti menjadi PT Sarinah (Persero).
BUMN ini bergerak di bidang usaha perdagangan, penyewaan ruang kantor, hingga money changer. Tak cuma di Jakarta, Sarinah saat ini memiliki outlet di beberapa kota seperti Bali, Yogyakarta, Solo, dan Malang.
Selain etalase produk UMKM, tujuan awal Sarinah didirikan adalah untuk memenuhi kebutuhan rakyat agar bisa mendapatkan barang-barang murah tetapi dengan mutu yang bagus dan harga yang tidak terlalu tinggi.
Nasib Gedung Sarinah Kini
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyebut renovasi besar-besaran Gedung Sarinah akan menelan anggaran senilai Rp 700 miliar dan melibatkan sejumlah perusahaan BUMN lainnya.
Termasuk PT Wijaya Karya (Persero) yang akan menjadi kontraktornya. "Saya maunya di situ ada komunitas kesenian.
Sabtu-Minggu adalah kesenian kita dimainkan di situ. Bisa pameran lukisan, atau videographic. Culture education community kita jalankan," kata Erick. "Kurang lebih Rp 700 miliar. Kalau bongkar robohin lebih mahal. Tentu itu di luar ongkos buat operasionalnya jualan.
Ada kerja sama dengan BUMN juga bukan swasta. Beberapa perusahaan BUMN akan ada fokus properti, retailnya Sarinah," kata dia lagi. Menurut Erick, masyarakat di Indonesia kerap lebih mengapresiasi dunia Barat dibandingkan kualitas negeri sendiri.
Sehingga, Erick Thohir ingin mengubah konsep Nusantara di Sarinah Thamrin ketika rampung direnovasi yang ditargetkan November 2021.
Penemuan Relief Yang menyisakan teka-teki Sang Maestro
Relief peninggalan Presiden Sukarno di Gedung Sarinah, Jakarta, yang sempat telantar dan saat ini sedang dikonservasi, masih menyisakan teka-teki.
Asikin Hasan, kurator seni yang dipercaya manajemen Sarinah untuk mengkonservasi relief itu, harus memutar otak.
Dia dihadapkan pertanyaan penting: siapa pembuat relief di lantai dasar Gedung Sarinah, Jakarta.Pada relief itu sejauh ini tidak ditemukan prasasti yang biasanya menjelaskan siapa pembuatnya.
Lalu dia pun mengontak beberapa keluarga perupa era 1960an yang diduga terkait dengan karya seni itu, tapi hasilnya nol.
"Kita sudah komunikasi dengan mereka, dan mereka (keluarganya) tidak berani memastikan," ungkap Asikin Hasan kepada BBC News Indonesia, Rabu (13/01). Sarinah dan Arsip Nasional juga tidak memiliki arsip mengenai relief di lantai dasar Sarinah tersebut.
Alhasil, Asikin kemudian bertumpu pada analisa karya-karya para perupa di era 1960an yang mirip dengan karya seni relief tersebut. Lalu,"tinggal kita membuktikannya secara tertulis, ada enggak bukti bahwa yang mengerjakannya adalah mereka," paparnya.
Ada dua nama seniman yang dulu dikenal dekat dengan Presiden Sukarno, yang disebutnya kemungkinan besar sebagai pembuat relief sepanjang 12 meter dengan tinggi tiga meter itu. Asikin menolak menyebut namanya, karena "masih spekulatif".
Tetapi keluarga dua seniman yang bergabung dalam Sanggar Pelukis Rakyat (Yogyakarta) itu tak memiliki bukti, katanya.