Tahun Baru Imlek, Mitos dan Hal-Hal Lain yang Tidak Pernah Diketahui
Tahun Baru Imlek, Mitos dan Hal-Hal Lain yang Tidak Pernah Diketahu |
Imlek merupakan perayaan tahun baru etnis Tionghoa yang berdasarkan sistem penanggalan Suryacandra. Berbeda dengan kalender Hijriyah dan Masehi, penanggalan Suryacandra memadukan perhitungan bulan dalam mengelilingi bumi dan bumi mengelilingi matahari. Tahun Baru Imlek menjadi hari besar bagi etnis Tionghoa di seluruh dunia, tanpa terkecuali.
Layaknya Hari Natal dan Idul Fitri, Imlek menjadi momen berkumpulnya anggota keluarga dan kerabat jauh. Setiap malam Tahun Baru Imlek, akan diadakan makan bersama di rumah orang tua dengan menu khas, seperti kue beras, serta olahan ikan dan mi yang tidak dipotong sebagai pertanda keberuntungan.
Menu yang berada di atas meja harus berjumlah delapan.Indonesia memperingati Imlek hanya dengan satu hari libur.
Sedangkan Tiongkok yang menjadi tanah leluhur dari etnis Tionghoa merayakannya selama 15 hari.
Acara puncaknya adalah Lantern Festival, di mana para penduduk akan memasang lentera dan lampion di luar rumah dan jalan. Dikenal juga Tahun Baru Kecil sebelum makan bersama di malam Imlek.
Imlek Selalu Hujan
Selain dominasi warna merah, lampion, dan angpao, Imlek juga identik dengan hujan. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap perayaan Imlek selalu turun hujan.
Hal ini karena pada sistem penanggalan suryacandra, Imlek jatuh di bulan Januari-Februari, yang mana menjadi puncak dari musim penghujan di sejumlah wilayah tropis seperti di negara Indonesia.
Hujan merupakan tanda keberuntungan dalam kepercayaan Tionghoa, simbol dari kehidupan, karir, dan bisnis.
Intensitas curah hujan adalah perimeter tingkat keberuntungan yang akan diperoleh, semakin deras semakin besar pula keberuntungan.
Bagi kalangan etnis Tionghoa, kepercayaan ini sangat mendarah, tak hujan maka ketidakberuntungan.
Zodiak dan Elemen
Dalam sistem penanggalan Tiongkok, setiap tahun diwakili oleh hewan zodiak yang disebut shio. Terdapat 12 hewan zodiak, yaitu Tikus, Kerbau, Macan, Kelinci, Naga Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, dan terakhir Babi.
Hewan-hewan ini dikaitkan dengan kekuasaan, kesetiaan, kebijaksanaan, dan kharisma. Selain shio, juga ada elemen dan yin yang.
Setiap tahun juga dikaitkan dengan salah satu elemen di perbintangan Tionghoa, yaitu Kayu, Api, Tanah, Logam, dan Air.
Unsur-unsur tersebut berputar dua tahun sekali. Sementara perkaitan yin yang berganti tiap tahun. Sehingga untuk 2021, dalam penanggalan Suryacandra termasuk tahun Kerbau Logam.
Konon, tahun lahir mempengaruhi kepribadian.
Pernah Dilarang di Tiongkok
Pada tahun 1949, Partai Komunis di bawah pimpinan Mao Zedong pernah melarang perayaan Imlek di Tiongkok karena dianggap berkaitan dengan agama, feodal, dan takhayul.
Selama periode Revolusi Budaya (1966-1976), berbagai atribut khas Imlek seperti singa dan naga dilarang. Namun pada periode liberalisasi ekonomi, Imlek kembali dirayakan besar-besaran.
Indonesia menetapkan Imlek sebagai hari libur pada masa Presiden Gus Dur. Hal ini dilakukan bersamaan dengan pengakuan agama Kong Hu Chu sebagai salah satu agama nasional di Indonesia.
Mekipun begitu, perayaan Imlek dilakukan oleh semua etnis Tionghoa, tak peduli agamanya.
Imlek telah menjelma bukan hanya ritual keagamaan, namun juga ritual etnis.