Bad Rest: Kesehatan, Overthinking, Pandemi dan Kurang Piknik
Bay, kelihatannya kok lemes amat? Celetuk seorang rekan padaku. Secara spontan aku pun menyahut 'biasalah!'
Terkadang orang sekitar akan merasakan hal yang berbeda jika ada perubahan sesuatu pada diri seseorang. Responnya akan postif dan negatif. Hal itu lumrah terjadi dalam interaksi tiap individu.
Kondisi aku sekarang antara mulut dan ekpresi wajah tidak bisa dibohongi. Intinya sedang tidak baik-baik saja. Kiranya begitu. Lagi pula mau gimana lagi coba, kondisi badan sedang tidak fit sehingga akan terlihat lemes.
Saat ini lagi tepar-teparnya alias bad rest. Butuh isitrahat sejenak. Setelah dibawa ke dokter, diagnosanya memang kelelahan sehingga produktivitas tubuh sedikit menurun. Ini risikonya jika badan dan pikiran sama-sama bekerja. Untung saja tidak sempat dirawat bisa makin kalut.
Belakangan banyak juga faktor yang membuat bad rest. Setelah ditimang-timang penyebabnya beragam sih seperti:
1. Kondisi Fisik Tidak Stabil
Biasanya bila keadaan tubuh lagi tidak sehat disebabkan kondisi fisik yang tidak stabil sehingga mengakibatkan ada reaksi dari dalam tubuh. Jika kuat bisa saja paling demam dikit, tapi jika sudah over, maka akan tumbang deh.
Kerja yang tidak mengenal waktu, asupan nutrisi yang sedikit, dan istriahat yang tidak cukup bisa menjadi pemicunya. Toh, semua organ butuh isitrahat terkadang terlalu memaksakan tidak baik juga. Ini badan bukan robot yang bisa stand by 24 jam.
Padahal aku sendiri sudah tahu hal-hal ini, tapi terkadang ceroboh juga. Mulai lagi deh mengatur waktu mana porsi untuk produktif, untuk isitrahat hingga untuk me time.
Periksa kembali asupan yang dimakan sudah seimbang atau belum. Sayangnya kalau tidak makan gorengan dan kerupuk itu kurang sedap yah, setidaknya dikurangi gimana mau diet coba wkwkwk
Nih, olahraga jangan dilewatkan minimal jogging atau tracking deh. Harus rutin lagi dilakukan. Semenjak Pandemi malah tidak pernah lagi, jadi badan agak over size. Hal yang baikpun harus terus dilakukan biasanya tiap pagi dan malam minum air jahe dan lemon.
2. Polemik Overthingking
Ketika berpikir sudah melewati kewajaran akan mengakibatkan timbul halusinasi di otak yang dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Maksudnya begini, beberapa bulan belakangan aku sedang dekat dengan seseorang, seiring berjalannya waktu semakin nyaman dan terbawa hingga keperasaan. Di otak ini kepikiran terus. Namanya juga sedang kasmaran meski belum jadian. Curhat hehe
Ada juga ketika tiba-tiba orang terdekatku menghilang dan seolah menjauh ini membuat hati sedih. Terus tiap reaksi penolakan apapun dapat membuat sesak di dada ini disebabkan keinginan sesuatu yang tidak terpenuhi atau ada janji yang secara sepihak dibatalkan.
Era media sosial saat ini bisa juga memicu overthingking. Ada kalanya postingan seseorang di media sosial itu related membuat baper, walaupun itu bukan sepenuhnya ditujukan kepada kita. Begitulah dan ada juga dari sebab hal lainnya.
Kadang tidak bisa berbuat apa-apa atas perasaan ini. Keadaan yang dapat mengubahnya dalam sekejab. Kondisi seperti yang bikin nyesek, bad mood, rindu sangat, dan merasa kehilangan seseorang, tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena keadaan.
Itu semua kadang membuat overthingking sampai melibatkan perasaan juga. Kadang ekspektasi dan persepsi terhadap sesuatu yang terlalu tinggi bisa menjadi penyebab utamanya. Jadi baperan deh. Ini kenapa? Apa aku salah? Kok bisa ya seperti itu? Kok beda ya tempatnya?
Overthingking ini sering terjadi sekali. Bisa menjadi hal yang biasa dan bisa menjadi yang luar biasa. Tinggal bagaimana menyikapinya. Sejauh ini aku bisa melewatinya, tapi terkadang kalau sudah sampai melibatkan perasaan agak butuh waktu yang panjang. Butuh self healing dulu, seperti menyendiri, baca buku, dan putar-putar kota sambil hunting.
Mengutip kata-kata dari Tiktok: aku mengenalmu tanpa sengaja dan menyayangimu secara tiba-tiba (untuk semua hal) sembari diiringi lagu Pamungkas - To The Bone. Eaaaa
3. Was-Was Pandemi COVID-19
Bicara Pandemi COVID-19 ini tidak akan habis-habisnya sebabnya masih terjadi. Ini saja sudah berulang tahun yang pertama per Maret 2021. Bahkan beberapa rekan terdekatku sudah menjadi alumni berbagai ruang isolasi. Aku masih bersyukur masih terjaga dari virus yang telah mengacaukan seluruh dunia ini. Bisa jadi pernah ODP dan sudah tumbuh self immune disease. Ya, ini tidak tahu juga sih!
Was-was bisa menjadi pemicunya sehingga kondisi tubuh mudah letih dan terlalu overthingking. Sejauh ini masih bisa menghindari pemicunya juga dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti tetap menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga kebersihan, konsumsi makanan pelindung stamina, meski terkadang agak abai untuk tidak datang ke tempat yang ramai kerumunan.
Di kotaku ini beberapa tempat favoritku menjadi tempat berkumpulnya para warga seperti kedai kopi di seputaran Batang Arau dan Tapalu Puruih. Hal ini tidak bisa dijelaskan mengapa setelah new normal ini semakin menggeliat orang berkumpul. Beberapa kedai kopi lainnya pun menjadi tempat tongkongan kaula muda yang selalu dipadati tiap malamnya. Lokasinya pun cukup tersebar pada titik tertentu di penjuru kota.
"Korona dah gk ada!" terkadang celotehan itu bikin gemes mau cubit itu orang yang ngomong. Kalau sudah positif baru pening deh!
4. Kurang Piknik
Sibuk terus nih sekali-kali piknik atuh! Begitulah respon jika aku sedang posting hal-hal yang bikin mumet atau galau. Benar adanya tubuh butuh istirahat dan otak butuh juga cari yang segar-segar. Kondisi itu pasti dialamai semua orang. Piknik bisa menjadi salah satu jalannya.
Aku termasuk orang yang hobi berpergian. Pepatah Minang menyebutkan kakinyo tu ado cilaleknyo. Kiasan untuk orang yang tidak bisa diam di rumah dan sering berjalan.
Kalau badan lagi tidak fit atau masa pemulihan biasanya menghindari hal-hal yang membuat mumet. Jalan-jalan keliling kota terutama ke Kota Tua Padang sambil motret menjadi pilihan yang menyenangkan, melihat sunrise di atas Jembatan Siti Nurbaya, menanti senja di Taplau Padang hingga nyantui di kedai kopi.
Bagiku itu piknik yang bisa bikin segar. Untuk keluar kota dalam kondisi saat ini tidak dulu deh. Ibarat baterai ponsel yang low jadi perlu di-charger lagi agar full dan siap menjalani rutinitas.
***
Diri ini sendirilah yang bisa mereduksi semuanya itu. Kamu harus sehat! Kamu harus kuat! Apapun yang terjadi dinikamti saja prosesnya. Segala yang berlebihan tidak baik dan ujungnya tidak elok bagi kesehatan, baik secara fisik atau mental. Selalu bersyukur dan harus ikhlas dalam keadaan apapun.
Ada hangatnya dekapan orang tua yang bisa menjadi obat penenang dan jangan lupa harus mengadu kepada sang khalik dalam setiap sujudnya. Insyaallah ketenangan dan makna kata ikhlas itu dapat dirasakan.
Semoga yang membaca tulisan ini diberikan kesehatan yang berlimpah dan dijauhkan dari hal-hal yang toxic. Btw, sebentar lagi mau bulan puasa loh. Mari tebarkan senyuman dan hal-hal positif di sekitar kita!
———————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.