Melirik Jejak Perkeretaapian di Kota Tabuik Pariaman


Kota Pariaman menjadi salah satu dari sekian daerah di Minangkabau yang memiliki jalur perekeretaapian dan masih dapat dinikmati hingga saat ini. Transporasi masal ini telah eksis sejak zaman Kolonial Hindia Belanda. Memang, soal perkeretaapian di Ranah Minang tidak begitu populer dibandingkan di Pulau Jawa.

Keberadaan dan geliatnya tidak lain pasca ditemukannya batu bara di Kota Sawahlunto. Masa itu, pemerintah Kolonial Hindia Belanda secara masif membuat jalur transportasi dan perdagangan dengan menggunakan kereta api. Kira-kira sejak akhir abad ke-19.

Dari sejumlah stasiun dan lintasan kereta api yang ada, hanya beberapa saja yang masih digunakan. Selebihnya tinggal kenangan dan rencananya akan diaktifkan lagi. Termasuk di Kota Pariaman ini. Mari lihat jejaknya

1. Stasiun Pariaman

Stasiun Pariaman Tahun 1930-an. (Sumber: KILTV)
Stasiun Pariaman ini cukup padat di antara stasiun lainnya. Silih berganti penumpang naik kereta api dari stasiun ini. Lokasinya sangat strategis di pusat perniagaan dan destinasi wisata. Tepatnya di Jalan Tugu Perjuangan, Kelurahan Pasir, Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman. 

Kabarnya, lokasi stasiun ini sangat dekat sekali dengan tepi pantai hingga kemudian berada diposisi sekarang ini. Bangunannya memiliki luas 405,6 m2 ini, sangat kental dengan nuanasa kolonial, dinding yang tebal dan pintu jendela yang tinggi.

Stasiun Pariaman Tahun 2017 (Koleksi Pribadi)
Stasiun Pariaman ini tipe kelas II yang berdiri sejak 1908 sebagai terminal bagi jalur kereta api Lubuk Alung-Pariaman dan Pariaman-Sungai Limau yang baru diaktifkan tahun 2019.

Keberadaan Stasiun Pariaman ini menjadi daya ungkit untuk memikat pengunjung untuk berwisata ke Kota Pariaman. Menghadap langsung ke Pantai Gandoria yang memiliki kuliner autentiknya seperti Nasi Sala, Nasi Sek hingga Sala Lauak. Bahkan ada tiap tahunnya ada Festival Budaya Tabuik yang ramai dipadati wisatawan.

2. Stasiun Kurai Tadji

Stasiun Kurai Tadji Tahun 2017 (Koleksi Pribadi) 
Berikutnya ada Stasiun Kurai Tadji, salah satu stasiun kereta api yang masih aktif di Kota Pariman. Posisinya dekat dengan Pasar Kurai Taji yang dikenal dengan Los Lambuang Balai Kurai Taji atau pusat kuliner.

Ada hal yang menarik dari stasiun yang dibangun sejak 1908 ini, nama stasiunnya masih menggunakan ejaan lama yakni Kurai Tadji. Kalo sekarang namanya Kurai Taji.

Suasana Stasiun Kurai Tadji Tahun 2017 (Koleksi Pribadi)
Stasiun tipe kelas III ini menjadi tempat singgah sementara Kereta api Sibinuang rute Padang-Pariaman. Bentuk bangunan stasiunnya khas kolonial dengan kombinasi kayu dan batu bata, beratap genting yang umurnya sudah lebih dari 100 tahun. Bentuk stasiunnya mirip dengan Stasiun Naras dan Stasiun Pauh Kamba.

Ketika zaman kolonial, stasiun ini sangat penting sebagai tempat distribusi hasil alam, karena dulunya daerah ini menjadi pusat perdagangan kopra dan ada pabrik minyak kelapa.

Gulai Tunjang (Koleksi Pribadi)
Jika turun di stasiun ini bisa langsung wisata kulineran. Pagi hari bisa mencari Katupek Gulai Tunjang, Siang hingga malam bisa mencoba Teh Talua atau Pokat Cincang. Semuanya itu kuliner khas Kurai Taji yang bikin lidah nangih.

3. Stasiun Naras

Stasiun Naras Tahun 2017 (Koleksi Pribadi) 

Terakhir Stasiun Naras atau Stasiun Nareh (dalam bahasa Minangkabau), keberadaannya tidak begitu familiar seperti stasiun lainnya. Sebabnya, jalur kereta api menuju stasiun ini sudah lama tidak aktif lagi. Terakhir digunakan tahun 1998. Dulu jalur kereta ini digunakan sebagai lokasi transit pengangkutan hasil kelapa sawit dari Pasaman Barat.

Suasana Stasiun Naras Tahun 2017 (Koleksi Pribadi) 
Suasana Stasiun Naras Tahun 2017 (Koleksi Pribadi) 

Stasiun bertipe kelas III ini dibangun sejak 1911, ada juga data yang menuliskan sejak 1930. Tempatnya berada di jalur kereta api Pariaman-Sungai Limau. Bangunannya menyerupai Stasiun Kurai Tadji. Menariknya, stasiun ini terdapat depo, gudang, dan rumah dinas para pekerja kereta api.

Sekitar tahun 2015-an sempat direnovasi dan masih terlihat bagus seperti foto yang ditampilkan dalam tulisan ini. Sayangnya bentuk bangunan lamanya sudah berubah setelah direnovasi kembali sekitar Desember 2018. Tahun 2019, Stasiun Nareh sudah diaktifkan kembali. Mau jadi jalur kereta apa ya?


Stasiun kereta api di Kota Pariaman ini dikelola oleh PT. KAI Divisi Regional II Sumatera Barat dan masuk ke dalam bangunan cagar budaya yang harus dijaga. Meskipun ada yang kondisinya masih terjaga dan ada yang dengan wajah baru.

Wajar saja ketika zaman kolonial, stasiun-stasiun ini sangat penting sebagai tempat distribusi hasil alam, karena daerah ini menjadi pusat perdagangan kopra dan kelapa sawit. Sekarang sudah tidak ada lagi. Maklum Pariaman dan sekitarnya ini penghasil kelapa terbesar di Minangkabau.

Ada jejak stasiun yang tertinggal. Memberi kisah dari perjalanan perkertaapian di Kota Pariaman.  Hayo sudah berapa kali naik kereta api ke Pariaman?
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel