One Day Trip Ayo Ke Pariaman
Pariaman, daerah terdekat dengan Kota Padang yang sudah terintegrasi dengan kereta api. Tampaknya bila melancong tidak begitu payah dibandingkan dengan daerah lainnya di Ranah Minang.
Dududuuuu....Pangilan terakhir bagi penumpang kereta sudah terdengar, tapi kami masih cemas untuk menunggu teman yang kemungkinan akan tertinggal. Jadwal keberangkatan pagi memang dipilih dan saya pun masih ngudumel sendiri dalam hati.
Terry, rekan serombongan terus menghubungi teman kami Yonne agar mengalihakan stasiun keberangkatannya ke Halte Alai. Sementara itu kereta sudah melaju. Kami pun harap-harap cemas dibuatnya. Namun, syukurnya dia sudah tiba dan bersama Tulus naik kereta. Duh pagi-pagi sudah ada drama segala.
Saya berangkat dari Stadiun Padang bersama Terry, Awin, Reza dan tidak lupa berjumpa dengan Aul dan Bang Djangki dari Jambi yang tujuannya sama mau liburan ke Kota Pariaman. Sebenarnya kami berkesempatan untuk One Day Trip Pariaman mengunjungi beberapa destiansi unggulan di kota ini sekaligus dalam menyambut Hari Nusantara Tahun 2019.
Baca: Objek Wisata Kota Pariaman
Baca: Objek Wisata Kota Pariaman
Pariaman dan Hari Nusantara Tahun 2019
Kota Pariaman ditunjuk sebagai tuan rumah perhelatan Hari Nusantara yang dipusatkan di objek wisata Pantai Gandoriah pada 14 Desember 2019. Hari Nusantara ini sangat penting bagi bangsa Indonesia. Sebabnya ini merupakan perwujudan dari Deklarasi Djuanda yang dianggap sebagai Deklarasi Kemerdekaan Indonesia yang kedua.
Saat itu, Indonesia kembali merajut dan mempersatukan seluruh wilayah NKRI. Laut yang mengelilingi wilayah Indonesia bukan lagi menjadi pembatas, tapi sebagai pemersatu bangsa, jadi utuh dan berdaulat. Wilayah Indonesia pun semakin luas dan wajar saja negeri kita disebut negara maritim.
Dalam perjalanan, Anum pun naik dari Stasiun Tabing. Selama perjalanan kami maota lamak, meski tidak memperoleh kursi, dimaklum weekend, tiket selalu habis terjual.
Kami enjoy walaupun harus berdiri, sesekali ada yang duduk ngegembel juga. Ini sensasinya jika berlibur dengan kereta api. Tujuan kereta kami ke Stasiun Pariaman dengan memakan waktu sekitar 1,5 jam.
Kami enjoy walaupun harus berdiri, sesekali ada yang duduk ngegembel juga. Ini sensasinya jika berlibur dengan kereta api. Tujuan kereta kami ke Stasiun Pariaman dengan memakan waktu sekitar 1,5 jam.
Hore! Sampai juga di Pariaman. Saya pun sudah lama tidak naik kereta. Sebelum turun kami ingin berfoto dulu di dalam gerbong dengan latar yang tidak ada orangnya.
Begitu semangatnya berfoto ternyata kereta langsung melaju lagi menuju stasiun terakhir di Nareh. Saat ingin turun pintu sudah tertutup dan kami kenak marah sama petugas karena kereta sudah jalan. Dengan berat hati kami harus turun ke Stasiun Naras.
"Itulah foto-foto juga, jadinya kereta jalankan," celoteh kami sambil tertawa. Duh drama lagi.
Baca: Melirik Jejak Perkeretaapian di Kota Tabuik Pariaman
Baca: Melirik Jejak Perkeretaapian di Kota Tabuik Pariaman
Sampai dan kami disambut oleh Bang Boji. Ia akan menemani kami jalan-jalan seharian. Jujur nih selama perjalanan di atas kereta perut ini sudah keroncongan. Ditambah pula salah turun stasiun jadi makin lapar. Hahaha
Dari jadwal yang telah ditentukan rute pertama memang langsung sarapan pagi dulu untuk makan Nasi Sala. Ini kuliner khas Kota Pariaman yang wajib dicicipi, dapat dijumpai di sekitar Pantai Gandoriah.
Penyajian Nasi Sala itu menarik dan rasanya nikmat sekali. Nasinya dibungkus daun pisang ditemani lauknya sala (gorengan). Tidak lupa ditambah cabai serta kuah gulai atau lauk pauk lainnya.
Duh sudah tidak sabar untuk mencicipinya. Wangi nasi yang dibungkus daun ini sangat mengunggah selera ditambah berbagai sala yang masih hangat dan secara live dibuat bisa nikmati.
Bisanya ada sala bulek, sala ikan, dan sala cumi. Soal harga terjangkau sekali. Dihitung berdasarkan jumpah porsi nasi dan tergantung lauk pauk yang dimakan.
Nasi Sala ini awalnya berasal dari kawasan pesisir pantai Pariaman. Nasi Sala ini dibawa sebagai bekal oleh para nelayan saat melaut setiap harinya. Kini sudah berkembang dan tidak diburu ketika sarapan pagi. Namun, sekarang sudah tersedia warung yang buka selama 24 jam.
Saat sarapan Nasi Sala bertambah juga personil yang ikut one day trip pariaman yaitu Jibi, Ikhsan, Yusril, Kak Netriola dan Kak Monica.
Baca: Ayo Berburu 10 Kuliner Khas Pariaman
Baca: Ayo Berburu 10 Kuliner Khas Pariaman
Perut sudah kenyang, saatnya lanjut ke Monumen Asean Youth Park di Kelurahan Pasir, Kecamatan Pariaman, masih kawasan Pantai Gandoriah. Sudah kesekian kali ke kota ini saya pun masih bingung asal muasal dibangunnya tugu ini.
Ternyata ada sejarahnya juga. Tahun 2012 lalu, ada program pertukaran pemuda yang bernama Youth Exchange and Study programme (YES) untuk pemuda Kota Pariaman dengan pemuda Malaysia. Program ini bagian dari Asean Youth Tourism City yang digagas oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Pariaman.
Tahun 2016, sebanyak 85 Pemuda Asean yang berasal dari 6 negara Asean (Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Philipina, Thailand dan Laos) berkunjung ke Kota Pariaman pada 12-14 Februari 2016. Saat itu ada kegiatan pertujukan seni dan budaya serta penandatanganan prasasti Pemuda Asean secara simbolis.
Kemudian tahun 2017 dibangun monumennya dengan bentuk lambang dan bendera negara-negara Asean seperti yang bisa dilihat sekarang.
Di sini saya mengabiskan waktu untuk memerik gambar bersama teman-teman lainnya. Sangat colour full dan cukup instagrammable.
Baca: Mengunjungi Rumah Gadang Mohammad Saleh, Saudagar Termasyhur di Kota Pariaman
Di sini saya mengabiskan waktu untuk memerik gambar bersama teman-teman lainnya. Sangat colour full dan cukup instagrammable.
Baca: Mengunjungi Rumah Gadang Mohammad Saleh, Saudagar Termasyhur di Kota Pariaman
Pantai Gandoriah, Pantai Legendaris Pariaman
Pantai Gandoria memiliki pantai yang landai biasa menjadk tempar piknik dan olahraga pantai. Pantai ini juga surga kuliner khasnya seperti Nasi Sek, Nasi Sala dan Sala Bulek.
Semenjak pantai ini memiliki anjungan dengan tulisan “Pantai Gandoria” yang cukup besar, seolah menjadi spot berfoto baru yang digemari oleh pengunjung.
Lokasinya pun tidak jauh dari pusat kota dapat diakses oleh segala jenis kendaraan dan dekat dengan stasiun kereta api.
Pantai Gandoria pun menjadi tempat pelaksanaan berbagai event besar tahunan dan tradisi budaya Tabuik yang menyita banyak perhatian pelancong. Wajar saja Pantai Gandoria ini menjadi ikon yang wajib dikunjungi oleh wisatawan.
Baca: Serunya Keliling Pulau Angso Duo
Pantai Gandoria memiliki pantai yang landai biasa menjadk tempar piknik dan olahraga pantai. Pantai ini juga surga kuliner khasnya seperti Nasi Sek, Nasi Sala dan Sala Bulek.
Semenjak pantai ini memiliki anjungan dengan tulisan “Pantai Gandoria” yang cukup besar, seolah menjadi spot berfoto baru yang digemari oleh pengunjung.
Lokasinya pun tidak jauh dari pusat kota dapat diakses oleh segala jenis kendaraan dan dekat dengan stasiun kereta api.
Pantai Gandoria pun menjadi tempat pelaksanaan berbagai event besar tahunan dan tradisi budaya Tabuik yang menyita banyak perhatian pelancong. Wajar saja Pantai Gandoria ini menjadi ikon yang wajib dikunjungi oleh wisatawan.
Baca: Serunya Keliling Pulau Angso Duo
Dari anjungan Pantai Gandoriah dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju Monumen Perjuangan TNI AL Kota Pariaman. Monumen ini didirikan sejak 8 Maret 2017 sebagai pengingat sejarah perjuangan. Dulu di Kota Pariaman pernah menjadi basis pertahanan militer terbesar di Minangkabau, tepatnya saat Agresi Militer Belanda.
Lokasinya di ujung Muaro Pariaman yang dulunya pernah jadi saksi pertempuran antara TNI AL dan Belanda dalam mempertahankan kemerdekaan. Menariknya dalam cerita perjuangan TNI AL terdapat 30 tempat yang menyebutkan lokasi Pariman dan sekitarnya.
Monumennya sangat ikonik berbentuk seperti kapal perang setinggi 3 m dengan 3 patung diatasnya serta ada relief didindingnya. Lengkap ada Meriam Kapal Experi KRI Teluk Tomini 508, Tank Amfibi jenis PT-76, dan Meriam Howikzer M30 122.
Study Tour ke Sekolah Tinggi Ilmu Beruk
Hari kian terik, kami pun berangsur meninggalkan tempat ini untuk menuju destinasi selanjutnya. Ayo melihat sekolah monyet dulu. Mobil yang kami pun tumpangi melaju.
Nah, sebagai informasi, Kota Pariaman merupakan daerah pesisir pantai memiliki potensi sebagai penghasil kelapa yang besar di Minangkabau.
Keberadaan beruk (monyet) liar yang selama ini meresahkan masyarakat, kemudian dilatih untuk memetik buah kelapa. Agar terlatih, diperlukan pelatihan khusus dalam memetiknya, maka lahirlah Sekolah Tinggi Ilmu Beruk (STIB).
Sekolah ini dibuat oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Apar Mandiri Pariaman yang berada di Desa Apar, Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman.
Sekolah ini bukan sembarang sekolah, dalam melatih monyetnya ada kurikulumnya juga dan harus dituntaskan semua materinya sehingga lulusannya akan berkualitas dan siap dipakai di lapangan. STIB ini sekarang menjadi salah satu tujuan destinasi wisata baru di Kota Pariaman.
Istriahat Sejenak: Lezatnya Kapalo Lauak dan Syahdunya Masjid Tua di Pariaman
Perut pun sudah keroncongan lagi, saatnya makan siang. Kami dibawa ke RM. Pincalang yang lokasinya tidak jauh dari tepi pantai. Menu andalannya adalah Gulai Kapalo Lauk atau Gulai Kepala Ikan. Ini menu makanan yang wajib dicoba saat melancong ke kota Tabuik ini.
Pasalnya, sebagai kuliner seafood khas Ranah Minang ini memiliki citarasa yang kaya akan rempah-rempah. Dapat dijumpai hampir disetiap rumah makan. Namun, lebih asik mencoba makannya di kawasan pesisir pantai.
Setelah makan siang kami beribadah dulu ke Masjid Raya Pariaman sekaligus istrahat. Masjid ini dikenal dulunya dengan Surau Pasar yang telah berumur lebih dari 200 tahun.
Selain itu juga saat salat Asar kami pun beribadah ke Masjid Raya Badano memiliki pesona tersendiri untuk wisata religi.
Sebabnya terdapat guci besar yang terdapat mitos dan cerita tersendiri di kalangan masyarakat setempat. Masjid ini bertempat Kelurahan Bungo Tanjuang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Pariaman. Kedua masjid ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya yang dilindungi oleh undang-undang.
Baca: 5 Wisata Religi Masjid Bersejarah di Kota Pariaman
Jelajahi Mangrove Park
Menjelang sore, kami pun bertandang ke Mangrove Park. Tempat ini masih satu kawasan dengna Koservasi Penangkaran Penyu di Desa Apar, Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman. Memiliki luas 8 Ha area Mangrove yang semula tempat ini tumbuh alami begitu saja. Kemudian disulap menjadi destinasi wisata baru yang dilengkapi dengan jalur pejalan kaki.
Tempat ini dibangun oleh dana CSR PT Pertamina Depot Pengisian Pesawat Udara Minangkabau PT Pertamina sepanjang 50 m dengan lebar 1,5 m sejak Desember 2017. Dengan adanya jalur ini dapat memudahkan pengunjung untuk melintas di antara hutan mangrove.
Meskipun saat berkunjung dalam perbaikan, tempat ini sudah viral dan menjadi destinasi intagrammable. Tidak ada salahnya liburan sambil belajar di Hutan Mangrove Apar Pariaman.
Jelang magrib kami pun singgah ke pusat oleh-oleh Kipang Kacang. Meski hujan mengguyur perjalanan seharian ini sangat mengesankan. Momen yang tak terlupakan juga bisa ikut dalam menyambut Hari Nusantara 2019 saat One Day Trip Pariaman dengan mengunjungi destinasi unggulan tadi bersama influecer di Sumbar.
Asiknya lagi bisa jumpa langsung dan berdiskusi dengan Walikota Pariaman, Kepala Dinas Kominfo dan Kepala Pariwisata an Kebudayaan Kota Pariaman ketika usai makan malam di Svmbaran Kadai.
Pariaman city of Tabuik, kota wisata religi dan budaya bernuansa bahari. Ayo ke Pariaman!
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.