Pantai Muaro Padang dan Sepotong Cerita Tiap Deburan Ombaknya
Pantai Muaro Padang mempunyai pesona tersendiri. Pantai ini merupakan deretan pantai pertama dari Pantai Padang yang menjadi destinasi unggulan di Kota Padang.
Sesuai namanya, pantai ini berada persis dekat muara Sungai Batang Arau yang membentang sejauh 6 km. Pantai Muaro Padang dapat menjadi pilihan untuk mendapatkan 3S alias Sun, Sea and Send. Pokoknya dapat paket kompit.
Pantai Muaro Padang dapat diakses dari segala penjuru kota sehingga sangat mudah dikunjungi terebih dekat pula dengan berbagai penginapan, tempat kuliner dan lokasi kongkow kaula muda Padang. Strategis sekali.
Jadi, tempo hari saya jalan-jalan ke kawasan Kota Tua Padang tepatnya untuk menantikan matahari terbit dari atas Jembatan Siti Nurbaya. Memang pagi itu cuaca sangat cerah dan langit pun bagus. Setelah itu dilanjutkan ke Pantai Muaro Padang.
Saya sudah lama tidak mengambil gambar di kawasan ini dan berencana motret masjid yang tengah dibangun itu. Masjid ini bernama Al-Hakim merupakan bantuan dari pengusaha sukses Minang yang telah dibangun sejak tahun 2017.
Arsitektur masjidnya sangat instagenik dan mengagumkan sekali dengan warna serba putih. Jika diperhatikan dengan seksama desain Masjid Al-Hakim ini sekilas menyerupai Taj Mahal India. Wajar saja menjadi objek foto yang banyak diunggah dan di-repost di Instagram.
Sebenarnya Pantai Muaro Padang ini tidak begitu menjadi perhatian banyak orang, semenjak ada masjid ini seolah memiliki daya pikatnya. Masjid ini pun secara tidak langsung menjadi ikonnya Pantai Muaro Padang.
Posisi masjidnya berada di pertigaan jalan Samudera, jalan Nipah dan jalan Hayam Huruk. Dekat tank bekas operasi Trikora miliknya TNI.
Baca: 4 Pantai untuk Berburu Sunset Indah di Kota Padang
Posisi masjidnya berada di pertigaan jalan Samudera, jalan Nipah dan jalan Hayam Huruk. Dekat tank bekas operasi Trikora miliknya TNI.
Baca: 4 Pantai untuk Berburu Sunset Indah di Kota Padang
Cerita Dibalik Pantai Muaro Padang dan Tempat Piknik None Mener Belanda
Pantai Muaro Padang saat ini merupakan gambaran dari Pantai Padang ketika zaman kolonial. Jika melihat galeri foto jadul Padang dari situ penyimpan arsip Belanda seperti KITLV dan Tropenmuseum, maka akan ditemukan foto suasana pantai deket muara yang berlatarkan Apenberg atau Gunuang Padang.
Saya mencoba berselancar di situs KITLV mencari foto lama Pantai Muaro Padang, ternyata koleksinya cukup banyak dengan beragam aktivitas yang berhasil diabadikan oleh fotografer pemerintah Hindia Belanda.
Jika dilihat pantainya dulu sangat landai bisa dibilang menyerupai Pantai Air Manis. Ada pula yang pernah menceritakan jika di muara ini terdapat lapangan sepak bola dan tempat pertunjukan kaum bangsawan Belanda. Bahkan jarak dari pantai ini ke pulau Pisang Gadang sangat dekat.
Abrasi pantai yang menyebabkan semuanya hilang. Dari zaman kolonial hingga saat ini kondisi Pantai Muaro Padang terus mengalami abrasi.
Ada pula dalam salah satu foto jadul terlihat di Pantai Muaro Padang ini sudah dipasang bangunan penangkal ombak tapi sudah hancur dimakan ombak. Kondisinya sekarang sudah tidak terlihat lagi.
Menurut Zahrul Umar, Pengurus Himpunan Ahli Teknik Hidraulik, Sumbar, dalam tulisannya yang terbit di Padang Ekspres yang kemudian ditulis kembali oleh Padangkita.com pada 12 Januari 2020, menyebut infrastruktur yang hilang bukan itu saja.
Pada tahun 1938-1967 di Pantai Padang, kata Zahrul, tepatnya di depan Gedung Pusat Kebudayaan Sumbar arah ke laut, terdapat gedung Wisma Pancasila. Sekarang gedung itu tidak ada lagi karena sudah runtuh akibat abrasi.
Dari analisanya, seandainya tidak dibangun krib, maka sejak tahun 1970 sampai saat ini garis Pantai Padang akan berkurang sekitar 100 meter dari bibir pantai. Setelah dibangun krib, ulas dia, Pantai Padang dapat dipertahankan, bahkan bertambah, seperti pantai di kawasan Danau Cimpago dan belakang Hotel Pangeran Beach.
Beberapa foto jadul pun ada yang melihatkan aktivitas para orang Belanda yang tengah jalan-jalan dan piknik ke Pantai Muaro Padang. Ternyata suasana pantainya sejuk, terdapat taman yang sangat asri penuh dengan pohon cemara. Terlihat juga foto jalur pejalan kakinya serta gazebo untuk bersantuy ria. Meskipun demikian semuanya itu telah digulung oleh ombak.
Pantai Muaro Padang pun menjadi saksi juga perkembangan kota yang dipadati oleh kapal-kapal pedagang dunia. Pantai ini menjadi pintu masuk bangsa asing datang ke tanah Padang.
Sebabnya tidak heran juga sekitar akhir abad ke-19, Kota Padang dulunya pernah dijuluki sebagai kota metropolitan di kawasan pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera. Pantai Muaro Padang pun memang sudah sedari dulu menjadi rekreasi andalan orang Belanda. Mereka masih menyebut tempat ini dengan nama Pantai Padang.
Bisa jadi pantai ini awal mulanya disebut Pantai Padang yang dikenal dengan sebutan Tapi Lauik (Taplau) sebelum berkembang ke arah utara. Sekarang Pantai Padang itu telah dibagi-bagi namanya mulai dari Pantai Muaro hingga Pantai Muaro Lasak.
Sebelum penataan kawasan Pantai Padang, area pantai ini dulunya ditutupi oleh kedai-kedai masyarakat sehingga suasana pantainya tidak terlihat. Pantai Muaro Padang pun dulunya dikenal sebagai tempat menjual telur katuang (telur Penyu). Sekarang tentunya sudah bersih dan bebas melihat lautan yang luas.
Pantai Muaro Padang saat ini merupakan gambaran dari Pantai Padang ketika zaman kolonial. Jika melihat galeri foto jadul Padang dari situ penyimpan arsip Belanda seperti KITLV dan Tropenmuseum, maka akan ditemukan foto suasana pantai deket muara yang berlatarkan Apenberg atau Gunuang Padang.
Saya mencoba berselancar di situs KITLV mencari foto lama Pantai Muaro Padang, ternyata koleksinya cukup banyak dengan beragam aktivitas yang berhasil diabadikan oleh fotografer pemerintah Hindia Belanda.
Jika dilihat pantainya dulu sangat landai bisa dibilang menyerupai Pantai Air Manis. Ada pula yang pernah menceritakan jika di muara ini terdapat lapangan sepak bola dan tempat pertunjukan kaum bangsawan Belanda. Bahkan jarak dari pantai ini ke pulau Pisang Gadang sangat dekat.
Abrasi pantai yang menyebabkan semuanya hilang. Dari zaman kolonial hingga saat ini kondisi Pantai Muaro Padang terus mengalami abrasi.
Ada pula dalam salah satu foto jadul terlihat di Pantai Muaro Padang ini sudah dipasang bangunan penangkal ombak tapi sudah hancur dimakan ombak. Kondisinya sekarang sudah tidak terlihat lagi.
Menurut Zahrul Umar, Pengurus Himpunan Ahli Teknik Hidraulik, Sumbar, dalam tulisannya yang terbit di Padang Ekspres yang kemudian ditulis kembali oleh Padangkita.com pada 12 Januari 2020, menyebut infrastruktur yang hilang bukan itu saja.
Pada tahun 1938-1967 di Pantai Padang, kata Zahrul, tepatnya di depan Gedung Pusat Kebudayaan Sumbar arah ke laut, terdapat gedung Wisma Pancasila. Sekarang gedung itu tidak ada lagi karena sudah runtuh akibat abrasi.
Beberapa foto jadul pun ada yang melihatkan aktivitas para orang Belanda yang tengah jalan-jalan dan piknik ke Pantai Muaro Padang. Ternyata suasana pantainya sejuk, terdapat taman yang sangat asri penuh dengan pohon cemara. Terlihat juga foto jalur pejalan kakinya serta gazebo untuk bersantuy ria. Meskipun demikian semuanya itu telah digulung oleh ombak.
Pantai Muaro Padang pun menjadi saksi juga perkembangan kota yang dipadati oleh kapal-kapal pedagang dunia. Pantai ini menjadi pintu masuk bangsa asing datang ke tanah Padang.
Sebabnya tidak heran juga sekitar akhir abad ke-19, Kota Padang dulunya pernah dijuluki sebagai kota metropolitan di kawasan pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera. Pantai Muaro Padang pun memang sudah sedari dulu menjadi rekreasi andalan orang Belanda. Mereka masih menyebut tempat ini dengan nama Pantai Padang.
Bisa jadi pantai ini awal mulanya disebut Pantai Padang yang dikenal dengan sebutan Tapi Lauik (Taplau) sebelum berkembang ke arah utara. Sekarang Pantai Padang itu telah dibagi-bagi namanya mulai dari Pantai Muaro hingga Pantai Muaro Lasak.
Sebelum penataan kawasan Pantai Padang, area pantai ini dulunya ditutupi oleh kedai-kedai masyarakat sehingga suasana pantainya tidak terlihat. Pantai Muaro Padang pun dulunya dikenal sebagai tempat menjual telur katuang (telur Penyu). Sekarang tentunya sudah bersih dan bebas melihat lautan yang luas.
Menikmati Pantai Muaro Padang
Perihal hunting tadi, saya pun mengambil bagian juga mengabadikan momen di Pantai Muaro Padang. Suasana pagi, sang fajar yang mulai menampakan diri dan ombak yang cukup tinggi menjadi teman saat itu.
Pantai Muaro Padang tidak banyak pepohonan, terlihat ada sekumpulan pohon kelapa menjulang tinggi tepat di depan penjara Muaro. Tumbuh juga beberapa pohon ketapang dan pohon cemara jarum yang masih kecil. Menariknya ada tanaman katang-katang (Ipomoea pes-caprae) dengan bunga berwarna ungu tumbuh subur menutup pasir pantai. Ternyata tanaman liar ini memiliki akar serabut yang dapat fungsi penahan abrasi pantai.
Biasanya saya memanfaatkan tanaman ini untuk menjadi objek gambar dengan latar Gunuang Padang atau Masjid Al-Hakim. Tidak hanya pagi, ketika petang tiba akan ada pesona lain yang terpancar. Suasana sekeliling pantai ini lebih merona sehingga memberikan warna tersendiri. Tentunya ketika cuaca cerah.
Pantai Muaro Padang tidak begitu landai, memang tidak berpasir putih cenderung kecoklatan dan dengan ombak yang cukup aktif sehingga disarankan untuk tidak bermain air di pantai ini.
Dari Pantai Muaro Padang ini akan terlihat hilir mudik kapal-kapal nelayan dan penumpang dari dan menuju kepulauan Mentawai berlatarkan Gunuang Padang.
Sedih sekali sih. Soal sampah, bukan soal petugas kebersihan saja. Namun, ini perihal karakter, empati, dan kepedulian. Sekali pun kamu telah berpendidikan tinggi. Mari bersama-sama menjaga lingkungan kita. Mulai dari diri sendiri, dari hal-hal yang kecil.
Saya pun pernah unggah foto di Instagram (cek akun @beyubaystory) suasana pantai dengan sampah yang bertebaran. Banyak yang merespon ada yang menghujat, ada juga yang memahami. Kemudian ada juga ungahan foto dengan nuansa pantai yang sangat bersih serta momen mata hari terbenam yang bikin syahdu seolah ada sepotong cerita di balik temaram senja.
Pantai Muaro Padang salah satu spot menarik untuk melihat sunset dan sunrise di Kota Padang. Terlebih pantai ini dengan berlatarkan Masjid Al-Hakim. Kala senja di Pantai Muaro Padang tersirat pesan dari warnanya.
Terkadang pantai menjadi tempat yang nyaman untuk menyendiri. Namun, ada keriuhan yang mendamaikan. Deburan ombak, semilir angin, dan petang yang tiba. Ada kerinduan, perpisahan, kenangan, harapan dan cerita tentang kita. Eaa, apa sih, hahaha
Jadi, bila ingin menikmati suasana pantai yang lebih berwarna, ada baiknya yuk mampir sejenak ke Pantai Muaro Padang.
————————————————————————————————————————————————————
Terkadang pantai menjadi tempat yang nyaman untuk menyendiri. Namun, ada keriuhan yang mendamaikan. Deburan ombak, semilir angin, dan petang yang tiba. Ada kerinduan, perpisahan, kenangan, harapan dan cerita tentang kita. Eaa, apa sih, hahaha
Jadi, bila ingin menikmati suasana pantai yang lebih berwarna, ada baiknya yuk mampir sejenak ke Pantai Muaro Padang.
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.