Mengenal 9 Pakaian Adat di Uang 75000 yang Baru
Mengenal 9 Pakaian Adat di Uang 75000 yang Baru |
Bank Indonesia mengeluarkan uang edisi khusus pecahan Rp 75.000 dalam rangka menyambut kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75 tahun pada Senin (17/8) lalu.
Uang pecahan baru ini dicetak terbatas, sebanyak 75 juta lembar tersedia bagi mereka yang ingin memilikinya. Caranya, dengan menukarkannya di kantor-kantor Bank Indonesia terdekat.
Desain uang pecahan Rp 75.000 sangat berbeda, begitu unik dan memiliki makna untuk mensyukuri kemerdekaan, memperteguh kebinekaan, dan menyongsong masa depan gemilang.
Terdapat gambar 9 anak Indonesia yang mengenakan pakaian adat di uang Rp 75.000, mewakili daerah barat, tengah, dan timur wilayah negara Indonesia. Berikut ini diantaranya.
1. Pakaian Ulee Balang Aceh
Pakaian Ulee Balang merupakan pakaian adat daerah dari Suku Aceh yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Islam.
Dahulu, pakaian Ulee Balang hanya dipakai oleh keluarga raja saja. Pakaian yang dikenakan laki-laki disebut Linto Baro, sedangkan yang dikenakan perempuan disebut Daro Baro. Kini, Ulee Balang biasa digunakan saat upacara pernikahan.
2.Kebaya Labuh Riau
Kebaya Labuh merupakan pakaian adat wanita dariKepulauan Riau, untuk laki-laki disebut Teluk Balangga. Pakaian adat ini biasa dipakai dalam acara resmi, upacara adat, dan pesta perkawinan.
Kebaya Labuh adalah jenis busana kurung yang banyak dipakai oleh masyarakat Suku Melayu di Riau. Ciri khas Kebaya Labuh yaitu rancangan yang longgar, tidak berkerah, tiap ujungnya berenda, dan beberapa bagiannya dihiasi sulaman emas.
3. Batik Jawa dengan Blankon
Batik merupakan kain tradisional yang berasal dari Jawa yang telah diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO.
Sebenernya setiap daerah memiliki kain batik dengan motifnya masing-masing, namun melihat pemakaian Batik bersama Blankon semakin mengesankan kalau ini berasal dari daerah di Jawa. Sentra Batik di Jawa Tengah adalah Kota Pekalogan.
4. King Baba dari Dayak
King Baba merupakan pakaian adat untuk laki-laki dari Suku Dayak di Kalimantan Barat. Tidak berasal dari kain, pakaian King Baba dibuat dari kulit kayu kapuo atau tanaman ampuro.
Kulit kayu ini dipipihkan dengan cara dipukul-pukul dengan batu sembari dicelupkan dalam air. Setelah itu dijemur hingga kering kemudian diberi lukisan khas adat Dayak.
Sementara pakaian adat untuk perempuan dikenal dengan nama King Bibinge. King Bibinge menggunakan bahan dasar pakaian yang sama yakni kulit kayu kapuo. Meskipun cara penggunaan dan bahannya sama, pakaian adat untuk perempuan terlihat lebih sopan dengan pakaian menutup dada.
Untuk memaksimalkan penampilan, para perempuan melengkapinya dengan stagen, kain bawahan, dan berbagai pernak pernik seperti manik-manik, bulu burung enggang hingga kalung dan gelang.
5. Sina Beranti dari Suku Tidung
Pakaian adat dari Suku Tidung ini sempat menuai polemik karena dikira baju tradisional Cina. Suku Tidung memiliki beberapa jenis pakaian adat yang termasuk dalam rangkaian baju Sina Beranti.
Baju yang tampak di pecahan uang Rp 75.000 bukan termasuk baju pengantin, melainkan baju pengapit dalam upacara pernikahan yang biasa dipakai oleh anak-anak. Mahkota atau hiasan kepala disebut dengan Jamong Punsok Melaka.
6. Pakaian Adat Makuta Gorontalo
Pakaian adat asli Gorontalo untuk laki-laki dikenal dengan nama Makuta yang dipakai bersama Walimono. Sedangkan untuk perempuan disebut Biliu dan Puyungga.
Pakaian adat ini seringkali dijumpai dalam beberapa warna, mulai dari merah, hijau, kuning, ungu, cokelat, hitam, dan putih. Hiasan kepala pada laki-laki yang tampak pada uang pecahan baru disebut Puyungga Tilambia, sedangkan untuk perempuan Buyalo Boute.
7. Pakaian Adat NTT
Pakaian adat dari NTT yang tampak pada uang pecahan baru diwakili oleh Suku Rote. Berdasarkan keterang tertulis dari Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, baju perempuan ini terdiri dari beberapa bagian.
Di kepala terdapat Bula Molik yang mirip Bulan Sabit. Ada juga selempang, sarung tenun, pendi (ikat pinggang) dari emas atau perak, serta habas yang dikalungkan.
8. Baju Adat Cele Maluku
Baju adat dari masyarakat Maluku dikenal dengan Cele dengan ciri utama berupa motif kotak-kotak kecil. Wanita juga memakai konde kecil dengan haspel (tusuk konde), sisir konde, kak kuping, dan bunga ron yang tampak melingkar di konde.
Ada juga kain lenso diletakkan di bahu sebagai hiasan yang berfungsi untuk mempercantik pakaian ini saat dikenakan.
9. Pakaian Tradisional Papua
Paling kanan dari deretan gambar anak-anak di pecahan uang baru adalah pakaian adat dari Papua yang disebut Koteka. Koteka berarti pakaian, tapi terkadang juga dikenal sebagai Holim.
Koteka atau Holim ini diikat di pinggang. Fungsi koteka ini digunakan untuk menutupi bagian kemaluan laki-laki.
Biasanya bawahnya memakai rok rumbai. Bagian dadanya terbuka dan bagian kepala dilengkapi mahkota dari bulu burung kasuari.