Stasiun Solok Namanya Tak Seharum Beras Solok

Stasiun Solok

Stasiun Solok merupakan salah satu stasiun kereta api nonaktif di Minangkabau yang letaknya di Jalan Kartini No. 1, Kelurahan Kampung Jawa, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok, Sumatra Barat.

Jika ditelisik lebih dalam lagi Stasiun Solok ini mempunyai peranan tersendiri pada zamannya, terlebih saat menggeliatnya industri tambang batubara ombilin di Sawahlunto yang dimulai pada akhir abad ke-19. 

Jalur Stasiun Solok ini dibangun untuk menghubungkan antara Kota Padang Panjang dengan Kota Sawahlunto yang dibuat secara bertahap. Pertama segmen Padang Panjang–Solok selesai dibangun pada 1 Juli 1892. Tahap kedua untuk segmen Solok–Muaro Kalaban yang diresmikan pada 1 Oktober 1892. Terakhir jalur perpanjangan Muaro Kalaban menuju Sawahlunto yang selesai dibangun pada 1 Januari 1894.

Stasiun Solok
Kolase Foto jadul Tropenmuseum dan foto terkini milik Ori Adrian

Dari segmen Padang Panjang-Sawahlunto ini terdapat titik pemberhentian di Kota Solok yang kesohor akan berasnya. Dari Stasiun Solok ini merupakan lanjutan dari Stasiun Singkarak bila dari arah Kota Padang Panjang atau dari Stasiun Sungai Lasi dari arah Kota Sawahlunto. 

Stasiun Solok ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatra Barat (BPCB Sumbar) dengan nomor inventaris: 07/BCB-TB/A/05/2007. 

Eksistensi  Kereta Api Melintasi Stasiun Solok

Stasiun Solok

Mulanya, Stasiun Solok difungsikan sebagai tempat penyimpanan hasil bumi dan untuk persilangan serta untuk persusulan antar kereta angkut batubara Ombilin yang dengan terpaksa harus berhenti hingga tahun 2003. Alasannya karena deposit batubara di Kota Sawahlunto sudah habis.

Kemudian untuk mendukung pariwisata, maka memanfaatkan potensi jalur kereta api menjadi sarana angkut penumpang KA Wisata Danau Singkarak yang mulai eksis sejak 21 Februari 2009 hingga tutup pada tahun 2014.

Stasiun Solok
Stasiun Solok

KA Wisata Danau Singkarak sempat menyita perhatian masyarakat dan hanya beroperasi pada weekend dan hari libur nasional lainnya serta biasa juga untuk disewa sesuai kebutuhan.

Alasannya tutupnya seperti yang dituliskan oleh Dizzman dalam blognya, karena alasan merugi, kereta api hanya akan berjalan bila ada pihak yang mau menyewa pada event tertentu saja. 

Menurut catatannya, KA Wisata Danau Singkarak ini beroperasi sekitar 2 jam menggunakan lokomotif BB 204. Titik pemberhentiannya di Stasiun Batutabal, Stasiun Solok, Stasiun Muara Kalaban, dan Stasiun Sawahlunto. Jadwal kereta wisata ini masih terpajang utuh di Stasiun Solok meski sudah kusam. 

Kebayang saja jika KA Wisata Danau Singkarak aktif akan menyuguhkan eksotisme Danau Singkarak yang melegenda.

Menyusuri Jejak Stasiun Solok yang Mengagumkan

Stasiun Solok
Kolase Foto jadul KILTV Leiden Univerity Libraries dan foto terkini milik Ori Adrian

Jika berkunjung ke Stasiun Solok, maka saat ini jejaknya masih terlihat, ada jalur kereta masih jelas meski diselimuti tanaman liar. Stasiun Solok sangat mencirikan bangunan stasiun peninggalan era kolonial, terlihat pada bentuk dan desainnya yang mirip dengan stasiun besar dan penting lainnya di Ranah Minang.

Stasiun Solok ini terbilang luas, mempunyai 5 jalur lintasan rel kereta api dengan dua jalur sepur lurus dan satu dipo lokomotif. Bangunan Stasiun Solok ini memiliki ukuran Panjang 54,4 meter dengan lebar 10 meter. Terdiri dari ruang kantor, ruang tunggu, ruang pelayanan loket tiket dan beberapa ruangan lainnya. 

Stasiun Solok
Kolase Foto jadul KILTV Leiden Univerity Libraries dan foto terkini milik Ori Adrian
Stasiun Solok
Kolase Foto jadul KILTV Leiden Univerity Libraries dan foto terkini milik Ori Adrian

Dari laporan BPCB Sumbar Tahun 2018, di Stasiun Solok masih ditemukan beberapa peralatan lama yang digunakan sebagai pemindah jalur, terdapat empat buah alat yang berfungsi untuk memindahkan jalur kereta api yang terdapat tulisan “FRANS SMULDERS UTRECHT” yang besar kemungkinan tulisan ini adalah nama produsen yang memproduksi alat pemindah jalur kereta api tersebut. 

Sedangkan pada rel terdapat beberapa tulisan seperti DK 1914 JSST yang diduga tulisan angka menunjukkan angka tahun pembuatan dari rel tersebut, dan juga ada yang bertuliskan KRUP 1914 JSS. Apakah tulisan selain angka tersebut dapat diindikasikan sebagai pabrik pembuatnya masih belum dapat dipastikan. 

Stasiun Solok
Kolase Foto jadul KILTV Leiden Univerity Libraries dan foto terkini milik Ori Adrian
Stasiun Solok
Kereta Wisata Danau Singkarak ketika masih eksis tahun 2009 dan tempat pengisian air lokomotif uap

Ada beberapa lokomatotif disel sedang nyenyak tidur di Dipo Stasiun Solok yaitu lokomotif BB204 15 dan BB204 16. Kedua lokomotif itu menang sudah tidak biasa beraktivitas lagi karena telalu lama pulas tertidur bak putri salju. Tidak lupa juga ada gerbong kereta KA Wisata Danau Singkarak berwarna kuning yang sudah lama terparkir di jalur dua stasiun.

Menariknya masih ada tempat pengisian air untuk lokomotif uap. Jika dilihat koleksi foto lama ada jam klasik yang terpasang di ruang tunggu, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Suasana Stasiun Solok ini seakan tidak bergairah karena memang sudah tidak ada aktivitas lagi. Namun demikian, masih ada petugas yang berkantor dan menjaga area stasiun.

Sayangnya kejayaan Stasiun Solok ini tinggal kengangan, sebagai saksi berkembangnya transportasi perkeretaapian dan industri tambang batubara ombilin di Ranah Minang yang masih tersimpan pada ingatan kolektif masyarakat. 

Stasiun Solok, namanya memang tak seharum beras solok yang kesohor itu.
——————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel