Kota Tua Padang Mau Dibawa ke Mana?
Kota Tua Padang itu seksi, tapi bagi yang memiliki pandangan berbeda. Kota Padang lahir melewati perjalanan yang cukup panjang dan telah melintasi berbagai zaman. Kota Padang memiliki kawasan kota tua yang dikenal dengan Kota Tua Padang atau Padang Lama.
Hadirnya Kota Tua Padang tidak lepas dari keberadaan sungai Batang Arau dan pelabuhan Muaro yang merupakan cikal bakal keberadaan Kota Padang. Keduanya ini menjadi saksi akan jayanya tempo dulu dan menjadi tapak mula berkembangnya Kota Padang. Dengan demikian, Kota Tua Padang adalah identitas kota.
Dari sisi historisnya, kawasan Kota Tua Padang ini dahulunya merupakan tanah tak bertuan, hamparan padang yang penuh dengan rawa. Padang tempo itu menjadi salah satu kawasan rantau Minangkabau yang berasal dari darek dan mulai berkembang ketika kedatangan pedagang Belanda yang bernama Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1663.
VOC membangun peradaban dengan adanya bentenghingga menjadi pusat perniagaan. Lalu lintas perdagang semakin ramai dan berkembang pesat. Sekitaran wilayah ini tumbuh menjadi pusat pemukiman baru yang homogen dan padat sehingga Kota Padang dijuluki sebagai kota metropolitan di kawasan pesisir pantai barat pulau Sumatra.
Kota Padang semakin berkembang setelah adanya Pelabuhan Teluk Bayur di Padang, pabrik Semen di Padang, Tambang Batu Bara di Sawahlunto serta jaringan infrastruksur kereta api hampir di seluruh wilayah Sumatra Barat yang dikenal dengan proyek Tiga Serangkai Belanda.
Saat ini di sekitar bekas benteng VOC di tepi sungai Batang Arau merupakan pusat kota lama yang terdapat banyak bangunan berarsitektur kolonial, Tiongkok, dan Minangkabau. Tercatat ada lebih 20 bangsa asing didunia pernah datang ke Kota Padang. Hingga saat ini ada 18 bangunan cagar budaya yang ada disekitar Jalan Batang Arau. Secara keseluruhan terdapat 74 cagar budaya yang tersebar di Kota Padang.
Kini, wajah Kota Tua Padang jauh dari gambaran tempo dulu tersebut. Lebih menyedihkan lagi kepedulian akan pelestarain peninggalan tapak sejarah ini jauh dari harapan semestinya. Terlebih pasca gempa bumi 30 September 2009. Namun, dibandingkan dengan daerah lainnya yang mempunyai kawasan kota tua, Kota Padang masih cukup beruntung, meski kondisinya sangat memperihantinkan. Harap-harap cemas dibuatnya.
Saya berpandangan Kota Tua Padang harus terus dirawat dan dibagikan kepada semua kalangan. Ketertarikan terhadap fotografi dan arsitektur menjadikan saya berinisiatif untuk membentuk suatu perkumpulan yang bernama Komunitas Padang Heritage.
Padang Heritage merupakan komunitas yang lahir untuk menjadi wadah dalam mengenal lebih dekat cagar budaya di Kota Padang serta menumbuhkan semangat dan kepedulian untuk pelestarian cagar budaya, terutama banguan tua di Kota Padang. Padang Heritage telah berdiri sejak 22 Maret 2016.
Padang Heritage memiliki visi menjadi media informasi, sarana edukasi dan gerakan pelestarian warisan cagar budaya di Kota Padang. Kemudian misinya pertama, menyebarluaskan informasi warisan cagar budaya di Kota Padang. Kedua, melaksanakan kegiatan yang mengedukasi masyarakat akan pentingnya pelestarian warisan cagar budaya di Kota Padang.
Komunitas Padang Heritage mempunyai 5 kegiatan unggulannya yaitu Padang Heritage Walk, Padang Heritage Walk Mini, Padang Heritage Explore, Padang Heritage goes to School, dan Padang Heritage Sharing.
Kota Tua Padang di Persimpangan Jalan
Kota Tua Padang merupakan kawasan cagar budaya. Dalam perkembangannya Kota Tua Padang memasuki fase yang tersulit. Eksistensi Kota Tua Padang sangat kuat dan terus mengalami perkembangan. Namun, di sisi lain Kota Tua Padang begitu rapuh.
Bisa ditengok setiap akhir pekan, kawasan inti Kota Tua Padang selalu ramai dikunjungi dan banyak aktivitas yang mewarnainya. Geliat perekonomian masyarakat pun terlihat. Bila berkaca sebelum gempa 30 September 2009 lalu, rona kawasan ini tidak begitu bersinar dan terkesan suram. Sesuai dengan namanya, kota tua. Butuh perhatian khusus.
Pengelolaan cagar budaya tidak bisa disamakan dengan pengelolaan destinasi wisata. Namun, cagar budaya sebagai tinggalan kepurbukalaan dapat berfungsi sebagai kepariwisataan. Dalam tatanan ini, pemerintah kota yang punya peranan penting. Harus ada dokumen perencanaannya dan kajian secara historis maupun arkeologis.
Komunitas memiliki peranan dalam pemanfaatan ruang dan fungsi Kota Tua Padang. Lahirnya Komunitas Padang Heritage ini pun untuk menjadi wadah, memberi warna, dan mengisi ruang yang kosong di kota tua. Tentunya, sesuai dengan visi Komunitas Padang Heritage yang fokus dalam upaya mengedukasi.
Komunitas sendiri mempunyai dinding yang tidak bisa dijangkaunya, tapi keberadaan komunitas bisa dilibatkan dan terlibat di dalamnya. Lagi pun komunitas tidak bisa langsung mengeksekusi terkait cagar budaya. Harus melalui lembaga terkait dan jika berbadan hukum. Komunitas bisa menjadi jembatan antara masyarakat pemilik objek dan pemerintah. Komunitas juga secara tidak langsung bersifat control social dan edukasi.
Saya pun telah mengidentifikasinya, ada hal yang menarik yang dapat dikaji dari keberadaan Kota Tua Padang ini, setidaknya ada tiga hal yaitu sisi historis, kekayaan budaya, dan keberagaman bentuk arsistekturnya yang menjadi identitas yang kuat.
Kota Tua Padang pun menjadi salah satu destinasi favorit para pelancong. Saya pun menemukan setidaknya terdapat enam magnet utama aktvitas kepariwisataan di Kota Tua Padang yang menarik untuk diulik yaitu wisata sejarah, wisata budaya, wisata religi, wisata olahraga, wisata kuliner, dan wisata digital.
Sayangnya komitmen, regulasi, kepemilikan cagar budaya, kondisi lingkungan dan peran pentahelix (pemerintah, akademisi, industri, media dan komunitas) belum sepenuhnya bersinergi sehingga kondisi Kota Tua Padang seakan tidak ada yang berubah dan berjalan dengan sendiri-sendiri. Ini menjadi problema tersendiri.
Perlu adanya pengelolaan kawasan Kota Tua Padang secara terpadu. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan sehingga keasliannya dapat tetap terjaga dan nilainya tidak diluar konteks yang seharusnya. Kota Tua Padang dari hari ke hari semakin tumbuh dan ramai, agaknya jangan hanya sekedar menjadi kajian secara tertulis atau untuk kepentingan pariwisata saja, tapi memang untuk membangun kembali identitas kota.
Jika ada yang bertanya Kota Tua Padang mau dibawa ke mana? maka jawabanya adalah Kota Tua Padang itu tidak kemana-mana. Hanya berada di persimpangan jalan. Menunggu untuk dijemput dan pergi selamanya atau tetap bertahan dengan caranya.
Tulisan ini dibuat oleh Bayu Haryanto (panggilan Ubay) untuk kegiatan Duduk Basamo Arsitek yang bertajuk Kota Tua Padang Mau Dibawa Ke Mana? diinisiasi oleh Ikatan Arsitek Indonesia Provinsi Sumatera Barat di Kupi Batigo Padang pada 15 Februari 2019. Penulis merupakan Blogger, Penggiat Pariwisata dan Founder Padang Heritage yang berdomisili di Kota Padang.
Referensi:
1. Bayu Haryanto (2018). “Buku Panduan Informasi Padang Heritage Walk Kawasan Batang Arau dan Kelenteng Kota Tua Padang”. Padang: Komunitas Padang Heritage.
2. Bayu Haryanto (2019). “Kota Tua Padang Harta Karun Pariwisata Masa Depan?”. Dipublikasikan di Harian Singgalang, Minggu 16 Juni 2019.
3. Bayu Haryanto (2019). “Guide Line Kota Tua Bacarito Bacando Bagurau”. Disampaikan pada kegiatan Kota Tua Bacarito Bacarito Bando Bagurau yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Komunikasi Universitas Andalas di Kawasan Batang Arau pada 14 November 2019.
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.